Pertarungan antara dua pasangan Indonesia di Stadion Palaran, Samarinda, Minggu, tersebut dimenangi Bona/Ahsan setelah lawan mereka Rian Sukmawan/Yonatan Suryatama tidak melanjutkan pertandingan saat tertinggal 16-21, 17-18 karena cedera lutut Yonatan semakin parah.
"Ini cedera lama tetapi kambuh dalam pertandingan kemarin dan hari ini semakin parah. Saya sampai tidak bisa menerima servis jauh," ujar Yonatan usai pertandingan.
Setelah merebut game pertama 21-16, Bona/Ahsan yang pekan lalu juara di Vietnam Grand Prix tertinggal jauh pada game kedua saat Rian/Yonatan menghujani mereka dengan serangan.
Rian/Yonatan yang tampil pada turnamen terakhir mereka sebagai pasangan Pelatnas unggul 17-9 pada game kedua sebelum Bona/Ahsan, peringkat 16 dunia, langsung membukukan delapan poin beruntun untuk menyamakan kedudukan.
Setelah Bona/Ahsan menambah satu angka lagi, pasangan Rian/Yonatan tidak melanjutkan pertandingan dan memberi kemenangan bagi lawannya.
"Saya tidak menyesal tidak berhasil menjadi juara dalam turnamen terakhir bersama Rian, karena yang menang juga teman sendiri," kata Yonatan yang belum memikirkan kelanjutan karirnya setelah keluar dari Pelatnas.
"Kami salah strategi, seharusnya pada babak-babak awal ketika melawan pemain-pemain muda kami tidak bermain tiga game agar tidak kelelahan. Sejak awal kami selalu bermain tiga game, sehingga kami kehabisan tenaga sekarang," kata Rian yang sempat jatuh sakit karena kelelahan usai pertandingan semifinal.
Sementara itu, Ahsan mengatakan, kunci kemenangan mereka pada game pertama adalah berusaha menyerang dan menekan lawan sehingga tak memberi kesempatan lawan untuk menyerang.
"Kami berusaha mengendalikan permainan dan sebisa mungkin membuat lawan melakukan kesalahan. Tetapi pada game kedua mereka lebih dulu menekan sehingga kami tertinggal dan sulit untuk mengejar," katanya.
"Untungnya kami bisa bangkit lagi dan dia (Yonatan) cedera," tambah Bona.
Ahsan berharap kemenangannya di Vietnam dan Samarinda bisa membantu meningkatkan performanya di Asian Games bulan depan saat ia berpasangan dengan Alvent Yulianto.
Gagal
Sementara itu, unggulan teratas ganda putri Greysia Polii/Meiliana Jauhari gagal mempertahankan momentum untuk meraih kemenangan atas pasangan China Luo Ying/Luo Yu untuk memenangi gelar Indonesia Terbuka Grand Prix Gold 2010.
Pasangan peringkat 11 dunia tersebut unggul lebih dulu atas pasangan kembar asal China itu namun akhirnya menyerah 21-11, 18-21, 11-21 setelah bermain dalam tempo satu jam enam menit.
"Sebenarnya ada kesempatan bagi kami untuk menang, tetapi kami belum bisa mempertahankan momentum untuk menang. Kami masih belum bisa mengendalikan emosi dan menjaga momentum kemenangan," kata Greysia Polii usai pertandingan.
Meiliana mengatakan, saat mereka memimpin 11-5 pada game kedua, lawan langsung mengubah pola permainan dan sejak itu mereka tidak terkejar lagi.
"Setelah interval 11-5, mereka mengubah pola permainan 180 derajat dan sejak itu jadi sulit ditembus dengan permainan apapun," kata Meiliana yang sempat bingung tidak tahu harus berbuat apa di lapangan. "Dengan pola permainan seperti game pertama juga tetap tidak berhasil," tambahnya.
Kemenangan pasangan kembar tersebut memberi satu-satunya gelar bagi China yang dua andalannya Lin Dan dan Chen Long mengundurkan diri dari turnamen berhadiah 120.000 dolar AS itu. (*)
F005/I007
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010