Jakarta (ANTARA) - Cabang olahraga angkat besi menyumbang medali kedua untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 setelah Eko Yuli Irawan yang berlaga di kelas 61 kilogram putra sukses mendapatkan medali perak.
Dalam pertandingan yang digelar di Tokyo, Minggu, Eko Yuli mampu mengangkat beban seberat total 302 kilogram yang terdiri dari 137 kilogram angkatan 'snatch' dan 165 kilogram 'clean and jerk'.
Lifter berusia 32 tahun tersebut harus mengakui keunggulan atlet China Li Fabin yang berhasil meraup medali emas sekaligus memecahkan rekor Olimpiade untuk angkatan total serta clean and jerk. Li mencatatkan total angkatan 313 kilogram, di mana snatch 141 kilogram dan clean and jerk 172 kilogram.
Sementara medali perunggu kelas 61 kilogram putra diraih atlet Kazakhstan, Igor Son dengan total angkatan 294 kilogram, dengan snatch 131 kilogram dan clean and jerk 163 kilogram.
Baca juga: Eko Yuli Irawan sumbang perak untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo
Baca juga: Profil atlet Olimpiade: Lifter Eko Yuli Irawan dan misi menebus emas
Sebelumnya, pada Sabtu (24/7), Indonesia sudah mengantongi medali perunggu via lifter Windy Cantika Aisha yang berkompetisi di kelas 49 kilogram putri.
Bagi Eko Yuli Irawan, prestasi di Olimpiade 2020 menjadi sejarah di dunia olahraga Indonesia. Eko resmi berstatus sebagai atlet Tanah Air dengan koleksi medali Olimpiade terbanyak dengan empat medali (dua medali perak dan dua perunggu).
Pemuda asal Lampung tersebut juga menjadi atlet Merah Putih pertama yang berhasil merebut medali di empat Olimpiade secara beruntun.
Eko merupakan peraih medali perunggu Olimpiade 2008, medali perunggu Olimpiade 2012, medali perak Olimpiade 2016 serta, terbaru, medali perak Olimpiade 2020.
Masih di angkat besi, atlet Indonesia Deni harus puas berada di posisi kesembilan kelas 67 kilogram putra dengan total angkatan 301 kilogram yaitu snatch 135 kilogram serta clean and jerk 166 kilogram.
Emas di nomor tersebut digenggam atlet asal China Lijun Chen dengan total angkatan 332 kilogram (145 kilogram snatch, 187 kilogram clean and jerk), yang membuat Chen memecahkan rekor Olimpiade untuk clean and jerk serta angkatan total.
Baca juga: Windy Cantika sumbang medali pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo
Baca juga: Doa dan air mata sang ibu iringi Windy Cantika di Tokyo 2020
Pada Minggu, sejarah juga terpatri pada cabang olahraga bulu tangkis lantaran untuk pertama kalinya tim bulu tangkis Indonesia menyelesaikan dengan sempurna seluruh laga pembuka Olimpiade.
Semua pebulu tangkis Indonesia berhasil menuntaskan pertandingan perdana tanpa tersentuh kekalahan.
Gregoria Tanjung dan Anthony Ginting menjungkalkan lawan-lawan mereka pada Minggu, melengkapi kemenangan-kemenangan yang hadir pada Sabtu (24/7) dari dua nomor ganda putra, ganda putri, ganda campuran dan tunggal putra.
Gregoria menundukkan atlet Myannmar, Thuzar Thet Htar dengan skor 21-11 dan 21-8. Adapun Anthony mengandaskan perlawanan pebulu tangkis Hungaria, Gergely Krausz dengan hasil akhir 21-23 dan 21-8.
Selain itu, ganda campuran Indonesia Praveen Jordan/Melati Oktavianti juga sukses meraup kemenangan pada Minggu, yang menjadi laga kedua mereka di Olimpiade 2020, dengan mengalahkan pasangan Denmark Mathias Christiansen/Alexandra Boje 24-22 dan 21-19.
Baca juga: Ginting ingin santai jalani tiap laga di Olimpiade Tokyo
Baca juga: Gregoria Mariska lewati tantangan pertama di Olimpiade Tokyo
Baca juga: Timnas bulu tangkis buat sejarah menangi semua laga pembuka Olimpiade
Dari cabang olahraga dayung, Mutiara Rahma dan Melani Putri gagal melesat ke semifinal karena menuntaskan lomba di posisi terakhir babak 'repechage' 1 nomor 'scull' ganda kelas ringan putri.
Mutiara dan Melani mencatatkan waktu tempuh delapan menit 03,19 detik. Posisi terdepan diisi atlet Amerika Serikat Mary Reckford/Michelle Sechser dengan catatan waktu tujuh menit 21,25 detik.
Beralih ke laut, peselancar Indonesia Rio Waida menyegel tempat di putaran ketiga Olimpiade 2020 setelah lolos dari heat 1 putaran kedua fase eliminasi, Minggu.
Rio menorehkan skor 11,53, berselisih 1,24 dari peselancar posisi pertama John Florence (Amerika Serikat) yang mendapatkan skor 12,77.
Agar dapat lolos ke perempat final, peselancar berusia 21 tahun itu mesti menjadi yang terbaik pada putaran ketiga.
Pada putaran ketiga, peselancar dibagi dalam delapan heat. Setiap heat diisi oleh dua atlet dan hanya yang berada di peringkat teratas yang lolos ke delapan besar.
Baca juga: Pedayung Mutiara/Melani gagal ke semifinal Olimpiade Tokyo
Baca juga: Peselancar Rio Waida melaju ke putaran ketiga Olimpiade Tokyo
Baca juga: Tokyo bersiap hadapi badai yang ganggu jadwal Olimpiade
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2021