Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Andrinof Chaniago memperkirakan Partai Golkar akan kesulitan mendapatkan calon presiden yang akan diusung pada Pilpres 2014 mendatang.
"Kalau untuk pemilihan umum, Partai Golkar masih mungkin menggeser Partai Demokrat. Tapi untuk pemilihan Presiden, mereka akan kesulitan mencari calon," kata Andrinof di Jakarta, Minggu.
Kesulitan itu, kata Andrinof, karena Golkar tidak memiliki tokoh yang bisa diandalkan menjelang pilpres nanti. Tokoh yang muncul dari Partai Golkar adalah stok lama dan tak layak jual.
"Golkar tak punya tokoh atau stok untuk diusung sebagai calon presiden. Stok-stok lama seperti Sri Sultan, Aburizal Bakrie sudah tidak laku lagi," kata Andrinof.
Sementara itu Partai Demokrat memiliki stok yang bisa diandalkan untuk menjadi capres meskipun perlu diasah dan diolah lebih profesional.
"Partai Demokrat masih punya potensi untuk menampilkan tokoh, misalnya Anas Urbaningrum, yang dalam dua tahun ini mulai membangun ketokohannya. Anas itu adalah Yudhoyono baru tapi harus meninggalkan kekurangan yang dimiliki Yudhoyono," kata dia.
Ia menyebutkan, dari sisi organisasi, Partai Golkar bisa menggeser Partai Demokrat walaupun selisihnya tidak akan jauh beda.
"Potensi untuk menggesar Demokrat bisa saja terjadi, tapi tak jauh beda selisihnya karena mesin politik di Golkar sangat bagus dan bekerja dengan baik, tapi dari sisi tokoh, kalah jauh dibanding Demokrat," kata Andrinof.
Sementara itu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan juga bernasib sama dengan Golkar. Megawati yang diandalkan dan menjadi ikon partai, tak bisa diandalkan lagi.
Terkait dengan rencana Golkar yang ingin keluar dari Sekretariat Gabungan, Andrinof menyarankan untuk tidak keluar sebelum ada program yang betul-betul bagus dari Golkar.
"Percuma Golkar tinggalkan Setgab. Kalau ada ide baru, unggul dan berpotensi ditolak Setgab, tak masalah Golkar keluar dari Setgab. Tapi selama ini kan tidak ada program yang diandalkan oleh Golkar," kata dia.
Seharusnya Partai Golkar merasa bersyukur dengan kondisi seperti saat ini karena ibarat mendapat durian runtuh.
"Golkar ikut di Setgab setelah Presiden Yudhoyono terpilih. Golkar menunggu di halte, tidak di terminal tapi mendapat tiga kursi kabinet. Itu kehebatan dari politik praktis Golkar," kata Andrinof.(*)
(ANT-134/B/I007/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010