Seoul (ANTARA News/AFP) - Korea Utara, Sabtu, mengatakan negara itu ingin memulai lagi pembicaraan perlucutan senjata nuklir enam negara, tapi tidak mau "terburu-buru" karena Amerika Serikat dan beberapa pihak lain belum siap.
Pernyataan dari seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri itu tidak memberikan petunjuk mengenai apakah Pyongyang telah melepaskan syarat-syaratnya: pencabutan sanksi dan pembicaraan terpisah dengan Washington mengenai perjanjian perdamaian tetap.
Korea Utara telah siap bagi dimulainya kembali pembicaraan enam pihak "tapi tidak akan memutuskan tergesa-gesa kecuali melakukan upaya sabar tanpa henti sebab AS dan beberapa negara lain yang berpartipasi belum siap untuk itu", kata juru bicara tersebut kepada kantor berita Korut KCNA.
Korea Utara masih ingin melaksanakan perjanjian September 2005 mengenai denuklirisasi "seluruh semenanjung Korea", katanya. AS telah menarik senjata atom dari Korea Selatan pada awal 1999-an.
Juru bicara itu mengomentari mengenai kunjungan ke tuan-rumah pembicaraan China oleh Wakil Pertama Menteri Luar Negeri Korut Kim Kye-Gwan, yang berakhir Sabtu.
China, sekutu besar satu-satunya dan jalan kehidupan ekonomi Korea Utara, telah mendesaknya untuk memulai lagi pembicaraan tersebut.
Kim, yang selama bertahun-tahun adalah kepala perunding nuklir negara itu, telah membicarakan dimulainya lagi pembicaraan itu dan situasi regional, kata kantor berita tersebut.
Pembicaraan yang diikuti oleh kedua Korea, AS, China, Jepang dan Rusia itu dimulai pada 2003.
Perjanjian 2005, yang dikonfirmasi dengan perjanjian lain pada 2007, menawarkan manfaat bantuan energi serta keuntungan diplomatik dan keamanan sebagai pertukaran bagi pembuangan nuklir.
Korea Utara meninggalkan forum itu pada April 2009 dan mengadakan uji coba nuklirnya yang kedua sebulan kemudian. Korea Utara telah mengindikasikan beberapa kali keinginan untuk kembali jika syarat-syaratnya dipenuhi.
Namun prospek bagi pembicaraan baru sudah dibuat suram oleh tuduhan Korea Selatan dan AS bahwa Korea Utara telah mentorpedo salah satu kapal perang Korea Selatan pada Maret lalu, tuduhan yang Utara telah bantah.
AS mengatakan Utara harus memperbaiki hubungan dengan Selatan dan menunjukkan kesungguhan hatinya akan perlucutan senjata nuklir sebelum pembicaraan enam pihak dapat dimulai lagi.
Perang Korea 1950-53 berakhir hanya dalam gencatan senjata dan tanpa perjanjian perdamaian resmi. (S008/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010