Madiun (ANTARA News) - PT KA Daerah Operasional (Daop) VII Madiun menyatakan prosedur operasional perjalanan kereta api yang ada saat ini sebenarnya sudah lengkap, meski terdapat perangkat sarana dan prasarana yang masih manual, disamping juga peralatan yang sudah elektrik.

Kepala Hubungan Masyarakat PT KA Daerah Operasi (Daop) VII Madiun, Harijono Wirotomo, Sabtu, mengatakan, dalam prosedur perjalanan kereta ada berbagai macam semboyan yang digunakan, mulai dari kesiapan pemberangkatan kereta hingga peringatan tanda bahaya. Koordinasi antarmasinis dan petugas stasiun dengan pusat pengendalian di masing-masing Daop juga sudah diterapkan.

"Peringatan kepada masinis selalu diberikan dari petugas penunjuk jalan dan petugas stasiun. Ini semua sudah lengkap dan sesuai standar," kata dia.

Pihaknya mengaku prihatin atas peristiwa kecelakaan kereta api yang terjadi akhir-akhir ini. Pihaknya juga mengaku akan melakukan beberapa perubahan di tingkat Daop setempat terkait banyaknya kejadian yang menyebabkan kerugian kepada PT KA dan juga kepada masyarakat.

"Daop VII akan meningkatkan pengamanan di stasiun. Peningkatan pengamanan di stasiun-stasiun ini bertujuan untuk membuat kawasan stasiun bersih dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan," terang dia.

Peristiwa terbakarnya gerbong kereta api di Rangkasbitung, Banten, dan kecelakaan kereta di Pemalang, Jawa Tengah, menjadi pelajaran berharga bagi PT KA.

Pihaknya juga akan melakukan pengecekkan rel kereta api sebanyak dua kali dalam sehari oleh petugas penunjuk jalan dan pemeliharaan rel. Selain itu juga melakukan pengecekkan kereta api di stasiun sebelum berangkat.

"Jika di perjalanan kereta bermasalah, maka akan diberhentikan di stasiun terdekat. Dan jika hasilnya tidak layak atau sedang rusak maka akan diberhentikan dan diganti," terang Harijono.

Sementara, Kepala Hubungan Masyarakat PT Industri Kereta (INKA) Fathor Rasyid, menyatakan, keamanan operasional kereta api menyangkut berbagai pihak atau integral. Dalam arti, tidak bisa hanya dilihat dari sisi pembuatnya saja, namun juga bagaimana operasionalnya ketika kereta api sudah dijalankan.

"Kereta yang sudah dibeli dan keluar dari pabrik, maka menjadi hak dan wewenang pembeli atau operasional kereta untuk menggunakannya. Secara umum, PT INKA siap untuk meningkatkan teknologi keamanan kereta api, namun hal itu harus ditunjang dengan infrastruktur yang memadai," kata dia.

Staf Teknologi PT INKA, Suwun, menambahkan bahwa teknologi lokomotif dan kereta penumpang yang sudah ada di Indonesia sebenarnya sudah ketinggalan zaman dan masih konvensional. Teknologi yang ada masih sebatas lokomotif yang berfungsi untuk menjalankan dan memberhentikan kereta.

Salah satu sistem keamanan dalam lokomotif yang sudah dikenal sejak dulu adalah yang disebut dengan sistem "dead man" (manusia mati). Sistem ini merupakan sistem konvensional kereta api yang mengharuskan masinis menginjak pedal dengan kaki atau menekan tombol dengan tangan setiap tiga detik sekali. Jika tidak diinjak atau ditekan akan berbunyi alarm peringatan.

"Sistem ini untuk mencegah masinis lalai atau mengantuk. Kami berharap ke depan ada peningkatan teknologi operasional kereta yang lebih canggih," kata Suwun.

Namun, lanjutnya untuk menerapkan teknologi dan sistem operasional yang lebih canggih tersebut, membutuhkan persetujuan dari berbagai pihak, tidak hanya inisiatif INKA.

Dia mencontohkan beberapa istilah kereta yang lebih canggih yang digunakan beberapa negara maju. Yang paling canggih disebut dengan "Automatic Train Operation" (ATO). Di bawahnya, ada yang disebut dengan istilah "Automatic Train Control" (ATC), "Automatic Train Protection" (ATP), dan yang paling sederhana adalah" Automatic Train Stop (ATS)". (ANT-072/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010