Semarang (ANTARA News) - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menargetkan akan membuka lima Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) di lima daerah di Indonesia pada 2010.

"Kami menargetkan lima Sekolah Jurnalisme Indonesia yang dibuka tahun ini, yakni di Palembang, Semarang, Bandung, Samarinda, dan Lampung," kata Ketua Umum PWI Margiono di Semarang, Jumat.

Hal tersebut diungkapkannya usai membuka SJI angkatan pertama di Semarang, menyusul pembukaan sekolah serupa di Palembang yang bertepatan dengan Hari Pers Nasional (HPN).

Menurut dia, pendirian sekolah jurnalisme tersebut ditujukan untuk mendidik para wartawan dalam meningkatkan profesionalitas dan kompetensi dalam menekuni profesi tersebut.

"Hambatan dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan pers sebenarnya terletak pada mendidik wartawan dalam mencapai profesionalitasnya. Hambatan-hambatan dari luar tidak ada," katanya.

Ia mengatakan para siswa SJI akan ditempa para pengajar yang terbaik dan mendapatkan kurikulum sesuai standar yang ditetapkan sehingga para lulusannya akan memiliki kompetensi.

"Kami mengharapkan para lulusan SJI akan menjadi wartawan yang andal, memiliki etika, dan iktikad baik dalam menjalankan profesinya, termasuk pemahaman terhadap kode etik jurnalistik," katanya.

Iktikad baik, kata dia, perlu dimiliki seorang wartawan sehingga mereka bisa memberikan kritik sosial yang bermanfaat, informasi yang bersifat edukatif, dan hiburan yang sehat dalam karya jurnalistiknya.

Ia mengatakan jumlah para pekerja pers di Indonesia saat ini mencapai sekitar 60-70 ribu orang yang tersebar di berbagai media di Tanah Air, namun belum banyak yang menempuh pendidikan formal jurnalistik.

"Kalau dilihat dari segi kode etik jurnalistik, kemungkinan hanya sekitar 20-30 persen pekerja pers yang mau membaca dan mencermati kode etik jurnalistik," kata Margiono.

Sementara itu, Ketua PWI Jawa Tengah Hendro Basuki mengatakan SJI angkatan pertama di Semarang tersebut mendapatkan sambutan yang cukup besar dari berbagai media di Jateng.

"Peserta SJI angkatan pertama di Semarang ini berjumlah 52 orang, dibatasi demi efektivitas pembelajaran karena kalau kami tidak batasi jumlah peserta bisa mencapai sekitar 100 orang," kata Hendro.(*)
(U.KR-ZLS/B015/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010