Bandung (ANTARA News) - LSM yang bergerak dalam kesejahteraan anak, Plan, meminta agar sarana umum seperti terminal, bandara, pelabuhan, sekolah, dan rumah makan menyediakan fasilitas cuci tangan dengan sabun yang layak dan mencukupi karena dapat mencegah terjadinya penyakit menular.
"Jika perlu dibuatkan peraturan yang mewajibkan sarana umum untuk menyediakan fasilitas cuci tangan dengan sabun," kata Manejer Program WASH Plan Indonesia, Eka Setiawan, di sela acara Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia Ke-3 di Bandung, Jumat.
Ia mengatakan saat ini fasilias cuci tangan dengan sabun termasuk di sekolah-sekolah masih dirasa kurang. Padahal, katanya, kebiasaan cuci tangan yang baik dapat mengurangi penyakit menular seperti diare, ISPA dan lainnya.
Ia mengatakan, berdasarkan kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) cuci tangan memakai sabun terbukti mampu mencegah angka kejadian diare hingga 45 persen. Khusus di Indonesia, tingkat kematian anak akibat diare mencapai 100.000 jiwa per tahun.
Eka juga mengatakan bahwa diare merupakan penyebab nomor dua kematian balita di dunia. Kira-kira satu dari lima anak yang terserang diare berakhir dengan kematian sehingga kurang lebih 1,5 juta balita di dunia meninggal karena diare setiap tahunnya.
"Kebiasaan cuci tangan memakai sabun akan memberikan kontribusi penting terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) yakni menurunkan 2/3 kasus kematian anak pada tahun 2015 yang akan datang. Ini bisa menjadi salah satu jawaban dari tantangan pencapaian target MDGs," katanya.
"Bisa dibayangkan berapa banyak anak akan selamat jika kebiasaan cuci tangan pakai sabun membudaya di rumah, sekolah, serta tempa-tempat umum lainnya," katanya.
Plan yang juga mendukung acara Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, katanya, terus berusaha agar kebiasaan cuci tangan tersebut menjadi kebiasaan anak-anak Indonesia.
Ia mengatakan, sejak 2005, Plan Indonesia aktif melakukan kegiatan untuk membangun perilaku sehat di sembilan wilayah kerjanya, yakni Kabupaten Grobogan, Rembang dan Kebumen (Jawa Tengah); di Kabupaten Sikka, Lambata, Soe, dan Kefa (NTT); serta Kabupaten Dompu (NTB). Kegiatan tersebut terintegrasi dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Direktorat Penyehatan Lingkungan Direkorat Jenderal Pengendalian Penyakit Penyehatan Lingkungan Tjandra Yoga Aditama yang hadir pada acara itu juga setuju agar sarana umum menyediakan fasilitas cuci tangan memakai sabun. Ia mengatakan, kurangnya fasilitas cuci tangan memakai sabun bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia.
Mengenai kebiasaan cuci tangan memakai sabun di Indonesia, Tjandra Yoga hanya mengatakan, jika pada peringatan pertama cuci tangan sedunia di Indonesia hanya diikuti tidak lebih dari lima kota maka pada peringatan yang ketiga sudah dilakukan di 15 kota. Saat ini, katanya, peringatan tersebut juga dilakukan di 85 negara.
Tjandra mengatakan ada lima kegiatan kritis yang perlu menerapkan cuci tangan memakai sabun. Pertama sebelum masak atau menyiapkan makanan, lalu sebelum makan, sebelum memberikan makanan kepada anak, sebelum dan sesudah menceboki anak, serta setelah buang air besar.
Tjandra mengatakan cuci tangan dengan menggunakan sabun merupakan cara yang mudah dan murah untuk menjaga kesehatan. Ia mengharapkan kebiasaan itu dapat diterapkan sejak usia dini dan menjadi perilaku masyarakat Indonesia. Peringatan di Bandung tersebut dihadiri oleh 3.000 anak. Hadir pula Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Tema Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia Ke-3 adalah Perilaku Sederhana Berdampak Luar Biasa. Pada tahun 2008 dan 2009 peringatan dilakukan di Jakarta.(*)
(T.U002/Z002/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010