Jakarta (ANTARA) - Education technology (edutech) Zenius menghadirkan pembelajaran adaptif yang dilengkapi algoritma kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sehingga setiap siswa difasilitasi untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.
Pembelajaran adaptif dinilai lebih efektif karena bisa menyesuaikan kemampuan dan kebutuhan masing-masing siswa dibanding cara konvensional yang menyamaratakan materi dan pelatihan untuk semua siswa di kelas.
Metode yang mulai diadopsi secara luas itu memungkinkan materi pembelajaran dipersonalisasi atau dirancang khusus sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
"Selama pandemi, kami melihat adopsi teknologi secara keseluruhan di sektor pendidikan meningkat signifikan, baik di kalangan guru, orangtua dan siswa. Karena itu, ini merupakan momentum tepat untuk menghadirkan sistem pembelajaran adaptif dengan ZenCore," kata Founder dan CEO Zenius, Sabda PS, dalam pernyataan pers, dikutip Jumat.
Zenius, kata Sabda, optimistis penggunaan teknik pembelajaran adaptif dapat menjadi stimulus positif dalam sistem pendidikan Indonesia dan ke depannya akan banyak pemain lain yang ikut mengadopsi sistem ini untuk merangsang minat dan motivasi belajar siswa.
Umumnya, model ini mengandalkan teknologi berbasis web, di mana siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal terlebih dahulu, lalu materi akan dihadirkan menggunakan machine learning yang akan melatih dan menilai kemampuan siswa untuk menentukan penyajian soal-soal dan materi berikutnya.
Baca juga: Fitur tanya-jawab, favorit siswa selama belajar "online"
Menggunakan bantuan algoritma AI, setiap siswa difasilitasi untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing, serta mendapatkan umpan balik yang lebih relevan agar mereka bisa mengetahui area-area kelemahan dan kekuatannya.
Pada saat saat yang sama, penerapan pembelajaran adaptif bisa mempermudah guru untuk memantau siswa mana yang membutuhkan bantuan, mengukur efektivitas kurikulum yang telah dibuat, serta memaksimalkan hasil belajar.
Tidak hanya bagi siswa atau umur pelajar, sistem pembelajaran adaptif juga efektif bagi semua orang yang ingin mempelajari sesuatu. Sebagai contoh, organisasi non-profit Elearning Industry menerapkan program pembelajaran adaptif online di Belanda dan Polandia, khusus untuk penduduk berusia lebih dari 50 tahun yang ingin belajar.
Partisipan kemudian mengisi survei di akhir program, dan 60 persen di antara mereka mengaku bahwa metode baru ini sangat menarik untuk dicoba dan merasa bahwa konten yang mereka pelajari/kerjakan lebih sesuai dengan level kemampuan serta kebutuhan mereka.
Lebih jauh, berdasarkan penelitian platform pembelajaran adaptif Adaptemy pada tahun 2017, ditemukan bahwa 70 persen siswa merasakan peningkatan pada kemampuan matematika, sementara 89 persen merasa bahwa soal-soal latihan yang diberikan oleh sistem pembelajaran adaptif sangat membantu proses pemahaman.
Faktor-faktor yang paling disukai oleh siswa adalah personalisasi soal dan materi sesuai kemampuan mereka (42%), relevansi soal-soal latihan (39%), serta evaluasi yang lebih relevan dan mendalam (38).
Di level universitas, Arizona State University juga merasakan manfaat positif dari penerapan pembelajaran adaptif melalui platform bernama ALEKS. Dengan sistem ini, angka mahasiswa yang lulus dengan nilai minimal naik menjadi 74 persen, dan dengan nilai bagus menjadi 84 persen.
Zenius sekarang memiliki lebih dari 20 juta pengguna di website dan aplikasi. Fitur baru ZenCore dapat diakses di aplikasi Zenius secara gratis oleh para pengguna, kapan pun dan di mana pun. Pengguna yang ingin mengasah keterampilan fundamental mereka dapat mencoba untuk menyelesaikan 100 level yang ada, dengan lebih dari 135 ribu soal yang tersedia.
Baca juga: Zenius rilis sistem manajemen pembelajaran gratis "Zenius untuk Guru"
Baca juga: Zenius kampanye ajak masyarakat tingkatkan ketrampilan dasar
Baca juga: Selama pandemi, pengguna Zenius naik signifikan
Pewarta: Suryanto
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021