Jakarta (ANTARA News) - Presiden Australia Indonesia Business Council, Chris Barnes, menyatakan bahwa pihaknya mendukung rencana penerapan perjanjian kemitraan ekonomi (Economic Partnership Agreement/EPA) antara Indonesia dan Australia.

"Kami mendukung EPA karena tujuannya lebih untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, bukan hanya hubungan dagang. Kami mendorong pemerintah mempercepat negosiasi EPA dan melibatkan pelaku bisnis di dalamnya," katanya di sela-sela Trade Expo Indonesia 2010 di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis malam.

Ia menjelaskan, Australia Indonesia Business Council lebih mendukung penerapan perjanjian kerja sama berbentuk EPA karena sifatnya lebih luas dari perjanjian perdagangan bebas.

EPA, kata dia, tidak hanya meliputi minimalisasi hambatan perdagangan seperti perjanjian perdagangan bebas namun mencakup kerja sama ekonomi yang lebih luas termasuk investasi, pembangunan kapasitas, dan transfer teknologi.

"Tidak hanya soal tarif saja, tapi meliputi kerja sama lebih luas untuk mengeratkan kerjasama ekonomi dan upaya bersama mencari peluang dalam rantai suplai global dengan produk unggulan dari kedua negara," katanya.

Ia mencontohkan, dalam hal ini pusat produksi pakaian Australia di Gold Coast dan pusat produksi pakaian Indonesia di Bandung bisa menjadi proyek eksploratif untuk kerja sama. Demikian juga dengan pusat produksi ternak di Northern Teritoty Australia dan Surabaya di Indonesia.

Berkenaan dengan hal itu Duta Besar Indonesia di Canberra, Australia, Primo Alui Joelianto, menjelaskan, pemerintah Indonesia pun lebih memilih model perjanjian kerja sama EPA karena sifatnya yang lebih luas dan mencakup pembangunan kapasitas.

Ia menjelaskan pula bahwa saat ini pemerintah masih melakukan persiapan untuk melakukan negosiasi EPA dengan pemerintah Australia.

Penerapan perjanjian kerja sama tersebut diharapkan dapat meningkatkan kerja sama ekonomi, termasuk perdagangan, Indonesia dengan negara berpenduduk sekitar 22 juta jiwa tersebut.

Saat ini, menurut dia, perdagangan Indonesia ke Australia tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara ASEAN yang lain seperti Thailand, Malaysia dan Singapura.

"Pangsa pasar produk Indonesia di Australia hanya 2,3 persen, lebih kecil dari Thailand yang lebih dari enam persen, Singapura lima persen dan Malaysia empat persen," katanya.

Nilai total perdagangan Indonesia dengan Australia, menurut data Kementerian Perdagangan, sebesar 6,7 miliar dolar AS pada 2009 dan 4,4 miliar dolar AS selama Januari-Juli 2010.

Menurut data tersebut, neraca perdagangan Indonesia dengan Australia sejak 2005 sampai semester pertama 2010 selalu negatif. Pada 2009, neraca perdagangan dengan Australia defisit 171,7 juta dolar AS dan padaa semester pertama 2010 defisit 89,8 juta dolar AS.

(M035/A023/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010