"Kelihatannya ada kesalahan pada sistem informasi, sehingga akibatnya dapat diketahui semua orang," kata Roberto Massucci, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Italia untuk urusan sepak bola dan holiganisme, dalam temu pers, sebagaimana dikutip dari AFP.
"Bila kami memiliki sistem informasi yang spesifik maka kami dapat melakukan pengamanan dengan lebih baik. Tapi informasi tidak rinci sehingga amat berisiko," katanya.
"Senjata kami yang paling ampuh adalah intelijen, tapi kami tidak memilikinya," katanya.
Massucci memuji polisi Italia yang bersikat "profesional" dalam menangani kerusukan dan mencegah situasi menjadi lebih buruk.
Tapi ia mengatakan, Italia tidak menerima semacam peringatan serius tentang ancaman itu dan hal itu seharusnya dilakukan ofisial Serbia.
"Pendukung yang berbahaya itu harus dicegah untuk tidak meninggalklan negara mereka," kata Massucci.
Pejabat keamanan Italia menerima dokumen dari Interpol berisi pendukung Serbia yang melakukan perjalanan tetapi tidak komplet, kata Antonello Valentini, direktor umum Federasi Sepak Bola Italia.
"Interpol mengatakan sekitar 1.300 pendukung Serbia datang tetapi ternyata jumlah pendukung itu jauh lebih banyak, mencapai 1.800, sekitar 180 di antaranya menumpang bus dan minibus dan hal itu tidak terpantau," katanya.
Menteri Dalam Negeri Serbia Ivica Dacic mengatakan, persiapan pertandingan itu tidak solid dan Italia tidak bertanya berapa banyak pendukung mereka yang akan meninggalkan negaranya.
"Mereka tidak bertanya kepada kami. Kami mengirim daftar pendukung Serbia kepada mereka serta rute perjalanan mereka. Mereka harus berinisiatif menindaklanjutinya," katanya.
"Intervensi polisi Italia itu bagus," katanya.
Polisi menangkap 17 orang dan 16 lainnya masuk rumah sakit setelah terjadi perkelahian di Genoa, sebelah utara Italia. Di antara yang cedera termasuk dua orang anggota polisi.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010