Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Pertahanan Laksdya TNI Prof. Dr. Amarulla Octavian, menyebutkan Selat Taiwan termasuk salah satu hot spot yang harus diperhatikan dalam konteks keamanan regional, khususnya bagi negara ASEAN.
"Konflik yang terjadi antara China berhadapan dengan Amerika Serikat memperebutkan Taiwan dapat berimbas ke perairan Asia Tenggara," kata Octavian saat menyampaikan pandangan akademik atas situasi terkini di Selat Taiwan pada Webinar Talking ASEAN yang diselenggarakan The Habibie Center, di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, sejarah dunia menunjukkan bahwa perang di suatu wilayah dapat meluas dan menjangkau wilayah lain, bahkan bisa memicu perang-perang baru sebagai dampak lanjutannya.
Baca juga: Xi Jinping berjanji selesaikan 'penyatuan kembali' China dengan Taiwan
Baca juga: Jepang sebut keamanan Taiwan terhubung langsung dengannya
Baca juga: China kecam transit terbaru kapal perang AS di Selat Taiwan
"Lebih mengkhawatirkan lagi jika skenario terburuk terjadi ketika Cina dan/atau Amerika Serikat menggunakan senjata nuklir. Radius penghancuran senjata nuklir tersebut dapat menjangkau wilayah semua negara di Asia Tenggara dalam waktu yang sangat cepat," paparnya dalam siaran persnya.
Pada saat diskusi, Octavian menekankan pentingnya seluruh negara anggota ASEAN harus bersatu padu untuk melakukan berbagai inisiatif baru untuk mengurangi ketegangan di Selat Taiwan.
Diplomasi pertahanan sebagai wujud nyata implementasi ilmu pertahanan ditujukan untuk mencegah terjadinya perang.
"Indonesia dapat memimpin ASEAN pada kondisi hot peace untuk melakukan diplomasi pertahanan dua arah ke China dan ke Amerika Serikat," ujarnya.
Pembicara lain adalah Guru Besar Universitas Indonesia Prof Hikmahanto Juwono dengan peserta dari beberapa pejabat kementerian dan lembaga negara, instansi pemerintah, kedutaan, think tank, akademisi dan media.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021