Miranshah, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Serangan pesawat tak berawak AS terhadap sebuah bangunan di kawasan suku baratlaut Pakistan pada Rabu menewaskan sedikitnya lima militan, kata beberapa pejabat keamanan setempat.

Sasaran serangan itu adalah sebuah rumah di desa Inzarkas di daerah Dattakhel, sekitar 35 kilometer sebelah barat Miranshah, kota utama di Waziristan Utara.

"Pesawat tak berawak itu menembakkan dua rudal ke sebuah rumah, sedikitnya lima militan tewas," kata seorang pejabat intelijen di Miranshah kepada AFP.

Seorang pejabat keamanan lain di Peshawar juga mengkonfirmasi serangan itu dan jumlah kematian tersebut.

Serangan itu merupakan yang terakhir dari serangkaian operasi AS di kawasan tersebut, yang diyakini ditujukan pada gerilyawan Taliban dan Al-Qaeda yang merencanakan serangan-serangan di Eropa.

Penduduk di Miranshah mengatakan, pesawat-pesawat tak berawak masih terbang di kawasan tersebut, sementara militan mengitari daerah itu setelah serangan tersebut.

Seorang pejabat keamanan di Peshawar mengatakan, sebuah kendaraan yang diparkir di luar rumah itu juga hancur dalam serangan tersebut.

Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani mengatakan Selasa, serangan-serangan pesawat tak berawak AS di wilayah Pakistan "kontra-produktif".

"Kami telah berhasil mengisolir militan dan orang suku setempat, karena kami ingin orang suku lokal mendukung kami, namun ketika terjadi serangan pesawat tak berawak, hal itu menyatukan mereka lagi (orang suku dan militan)," katanya.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al-Qaeda di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di kawasan pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Sejumlah pejabat Pakistan melaporkan, sedikitnya 21 serangan pesawat tak berawak AS menewaskan sekitar 120 orang pada September, bulan paling mematikan dalam serangan semacam itu.

Pejabat-pejabat AS mengatakan, pesawat tak berawak merupakan senjata sangat efektif untuk menyerang kelompok militan. Namun, korban sipil yang berjatuhan dalam serangan-serangan itu telah membuat marah penduduk Pakistan.

Sekitar 1.150 orang tewas dalam lebih dari 139 serangan pesawat tak berawak di Pakistan sejak Agustus 2008, termasuk sejumlah militan senior. Namun, gempuran-gempuran itu telah mengobarkan sentimen anti-Amerika di negara muslim konservatif itu.

AS meningkatkan serangan rudal oleh pesawat tak berawak ke Waziristan Utara setelah seorang pembom bunuh diri Yordania menyerang sebuah pangkalan AS di seberang perbatasan di provinsi Khost, Afghanistan, pada akhir Desember, yang menewaskan tujuh pegawai CIA.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.

Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.

Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010