Hingga Juni 2021, kami melihat beberapa sektor ekonomi mulai bertumbuh
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Central Asia Tbk meraup laba bersih sepanjang semester I 2021 sebesar Rp14,45 triliun, naik 18,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp12,24 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan nilai bisnis dan frekuensi transaksi nasabah perseroan menunjukkan pemulihan pada enam bulan pertama tahun ini sejalan dengan membaiknya aktivitas perekonomian.
"Hingga Juni 2021, kami melihat beberapa sektor ekonomi mulai bertumbuh. Kami juga melihat adanya peningkatan permintaan atas KPR selama pelaksanaan BCA Online Expoversary yang diselenggarakan pada Maret 2021. Dalam beberapa waktu ke depan, kami akan mencermati dinamika situasi, khususnya selama periode Kebijakan PPKM Darurat yang ditetapkan pemerintah sebagai respon pengendalian lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi belakangan ini," ujar Jahja saat jumpa pers daring di Jakarta, Kamis.
BCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih sebesar 3,8 persen (yoy) menjadi Rp28,3 triliun pada semester I 2021. Di sisi lain, pendapatan nonbunga menurun tipis 1,2 persen (yoy) menjadi Rp10,2 triliun. Jahja menyampaikan, penurunan tersebut sebagai dampak dari one-off gain dari penjualan portofolio reksa dana yang dibukukan tahun lalu, namun sebagian besar dapat diimbangi oleh kenaikan pendapatan biaya dan komisi.
Pendapatan biaya dan komisi naik 7,5 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan level pra-pandemi, terutama ditopang oleh pulihnya pendapatan biaya dari perbankan transaksi seiring dengan peningkatan jumlah nasabah dan volume transaksi. Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp38,5 triliun atau naik 2,4 persen dari tahun lalu.
Sementara itu, laba bersih yang tumbuh 18,1 persen (yoy) menjadi Rp14,5 triliun disebabkan basis perbandingan laba bersih yang lebih rendah pada triwulan II 2020, yang dipengaruhi oleh tingginya tingkat biaya kredit saat awal pandemi COVID-19 pada triwulan II tahun lalu. Sebagai catatan, biaya cadangan pada triwulan II 2020 tercatat 32,4 persen lebih besar dibandingkan dengan triwulan II 2021.
Secara tahunan, total kredit stabil di angka Rp593,6 triliun pada Juni 2021, didukung oleh segmen korporasi, KPR, dan kartu kredit. Kredit korporasi naik 1 persen (yoy) menjadi Rp260,4 triliun pada Juni 2021. Di periode yang sama, KPR juga meningkat 2,9 persen menjadi Rp93,6 triliun sebagai hasil dari pelaksanaan BCA Online Expoversary pada Maret 2021, dimana sebagian besar kredit tersebut dibukukan pada triwulan kedua tahun ini.
Saldo outstanding kartu kredit juga berhasil mencatatkan rebound, naik 4,5 persen (yoy) menjadi Rp14 triliun. Kredit komersial dan UKM terkoreksi 1 persen (yoy) menjadi Rp182,8 triliun, dipengaruhi oleh perlambatan aktivitas bisnis. Sementara itu, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) turun 13,4 persen (yoy) menjadi Rp36,8 triliun.
Kinerja Dana Pihak Ketiga (DPK) sendiri tetap kokoh, di mana rasio dana murah atau CASA naik 21 persen (yoy) menjadi Rp697,1 triliun. Deposito berjangka meningkat 6,8 persen (yoy) mencapai Rp198,2 triliun. Secara keseluruhan, total DPK tumbuh 17,5 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp895,2 triliun, sehingga mendorong total aset naik 15,8 persen (yoy) menjadi Rp1.129,5 triliun pada akhir Juni 2021.
Dengan memanfaatkan basis nasabah yang besar serta memperkuat ekspansi ekosistem digital, BCA juga mempertahankan kekuatan di segmen perbankan transaksi sebagai penggerak pendanaan CASA yang solid. BCA memproses 41 juta transaksi per hari secara rata-rata pada semester I 2021, naik dari 28 juta transaksi di periode yang sama tahun lalu. CASA berkontribusi sebesar 77,9 persen dari total DPK per Juni 2021.
Sementara permodalan BCA tetap berada di posisi yang kokoh dengan rasio kecukupan modal atau CAR tercatat sebesar 25,3 persen, lebih tinggi dari ketentuan regulator, serta kondisi likuiditas yang memadai dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 62,4 persen. Rasio kredit bermasalah atau NPL terjaga sebesar 2,4 persen didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi.
Jahja menambahkan pengelolaan loan at risk akan menjadi salah satu fokus BCA pada semester II tahun ini, mengingat pandemi yang diperkirakan masih akan berlanjut. Sebagai tambahan, rasio pengembalian terhadap aset atau ROA) tercatat sebesar 3,1 persen, dan rasio pengembalian terhadap ekuitas ROE sebesar 16,6 persen.
"Pandemi telah mempercepat digitalisasi dalam banyak hal, termasuk dalam penyediaan layanan perbankan. Merespon hal ini, BCA telah melakukan sejumlah inisiatif, salah satunya termasuk peluncuran tahap awal myBCA, yang kami siapkan menjadi aplikasi pelayanan terintegrasi BCA di masa depan atau future apps. Tren digitalisasi ini akan terus berlanjut, seperti terlihat dari jumlah transaksi melalui mobile dan internet banking kami yang tumbuh secara eksponensial. Hal ini merupakan dinamika yang tidak dapat dihindari, dan kami senantiasa membuka pintu kepada seluruh mitra bisnis untuk dapat bekerja sama di era kolaborasi," kata Jahja.
Baca juga: Adopsi bank digital diprediksi bakal jadi tren
Baca juga: BCA Digital rilis Juli, Presdir BCA: Bank harus berwawasan digital
Baca juga: LPEI dapat pendanaan Rp1 triliun dari BCA untuk akselerasi ekspor
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021