Jakarta (ANTARA) - Berdasarkan temuan VMware Digital Frontiers 3.0 Study, sektor layanan finansial di Indonesia telah melakukan inovasi yang baik dan gesit sejak pandemi COVID-19 setahun terakhir namun masih perlu memperkuat fondasi digital.
Country Manager VMware Indonesia Cin Cin Go mengatakan nasabah telah menyambut baik teknologi yang digunakan oleh industri layanan finansial. Menurutnya, kini perusahaan harus menjaga ketangguhan dan tingkat kompetitif, terlebih Indonesia digadang-gadang akan menjadi hub ekonomi syariah terbesar di Asia berikutnya.
Baca juga: VMware: Masyarakat Indonesia paling antusias pada teknologi AI & 5G
"Penting bagi perusahaan di Indonesia untuk memperkokoh bangunan fondasi teknologi masa depan, seperti pemanfaatan Cloud, sebagai prioritas dalam memacu transformasi di ranah ekosistem keuangan sekaligus mendorong pertumbuhan perekonomian digital bangsa," kata Cin Cin Go pada Kamis.
Survei VMware menemukan 24 persen responden Indonesia merasa bahwa layanan finansial masih kurang mampu beradaptasi dan meningkatkan layanan di tengah dinamika yang terjadi saat ini.
Angka tersebut menggambarkan urgensi bagi perusahaan penyedia layanan finansial dalam memperkuat tumbuhnya inovasi mutakhir sebagai strategi dalam memuaskan kebutuhan nasabah.
Apalagi, 53 persen masyarakat Indonesia ternyata lebih memilih mengakses layanan perbankan melalui aplikasi daripada harus datang langsung ke kantor cabang, sehingga perusahaan harus memberikan layanan digital yang nyaman dan efektif.
Baca juga: VMware Anywhere Workspace dukung kerja jarak jauh
Kemudian, lebih dari setengah responden Indonesia menganggap bahwa perusahaan layanan finansial lebih baik dalam menghadirkan digital experince dibandingkan perusahaan ritel, kesehatan, pemerintahan, dan pendidikan.
Hal ini tentu membuat perusahaan layanan finansial harus lebih fokus memperkokoh bangunan fundamental mereka sehingga mampu menghadirkan digital experience yang lebih baik bagi konsumen.
Selanjutnya, perusahaan layanan finansial juga perlu mempertimbangkan bahwa sebanyak 59 persen responden mengatakan mereka tak mau lagi berhubungan dengan perusahaan yang enggan menginformasikan kebijakan etika perusahaan secara publik.
Tak hanya perusahaan yang perlu berbenah di ranah digital, menurut Cin Cin Go, dukungan dari pemerintah dalam membangun ekosistem keuangan yang inklusif juga diperlukan.
"Ini merupakan kunci keberhasilan bangsa Indonesia dalam cakap merespons, beradaptasi, serta mempercepat pertumbuhan bisnis di dalam paradigma digital yang baru saat ini," ujarnya.
Baca juga: Penerimaan orang Indonesia soal digitalisasi tertinggi ASEAN
Baca juga: VMware gandeng Samsung percepat transformasi ke 5G
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021