Jakarta (ANTARA News)- Sebuah asteroid seukuran bus bertingkat baru saja melintas sangat dekat dengan Bumi, tepatnya melintas di antara garis orbit Bulan dan Bumi, pada Senin (11/10).
Batu luar angkasa yang dinamai 2010 TD54 itu melintas hanya 28.000 mil dari Bumi pada pukul 10.51 pagi waktu London, atau kira-kira pukul 5.51 waktu Indonesia barat.
Para ilmuwan mengatakan, demikian lapor Daily Mail, meski melintas sangat dekat dengan Bumi, asteroid tidak akan memasuki atmosfer Bumi dan sekalipun berhasil masuk ke atmosfer astroid itu akan hancur sebelum mencapai permukaan Bumi.
"Sebuah batuan luar angkasa seukuran itu akan terbakar habis di atmosfer kita dan tidak akan membahayakan permukaan bumi," tulis badan antariksa Amerika Serikat, NASA, di akun Twitter-nya seperti yang dikutip Daily Mail, Selasa (12/10). Batu luar angkasa itu dideteksi oleh NASA di Arizona Kitt Peak National Solar Telescope, AS.
NASA juga menambahkan bahwa sebuah teleskop biasa diperlukan untuk melihat asteroid itu ketika ia lebih dekat ke Bumi dibanding beberapa satelit dan terutama ketika berada sangat dekat dengan bulan. Asteroid TD54 merupakan asteroid terbaru yang melintas sangat dekat dengan Bumi.
September silam para astronom melihat sebuah benda luar angkasa berbahaya, yang kemudian dinamai 2010 ST3, yang akan melintas empat juta mil dari Bumi pada pertengahan bulan ini.
Benda yang berdiameter 150 meter itu merupakan benda luar angkasa berbahaya pertama yang dipantau oleh Pan STARRS, sebuah teleskop yang bertujuan untuk mencari benda luar angkasa berbahaya.
Selain itu dua batu luar angksa yang lebih kecil terpantau oleh pos survey Catalina Sky di Arizona, AS, terbang melewati Bumi beberapa bulan lalu.
Asteroid 2010 RX30 yang diperkirakan sepanjang 32 sampai 55 kaki, melintas 154.000 mil dari Bumi dan kemudian diikuti oleh 2010 RF12, dengan panjang 20 sampai 49 kaki yang melintas hanya 49.000 dari Bumi.
Menurut para ilmuwan salah satu asteroid akan menghantam atmosfer Bumi setiap sepuluh tahun. Asteroid yang lebih kecil memasuki atmosfer sekitar sekali setahun meski telah hancur terlebih dahulu sebelum menjejak permukaan Bumi.
(Ber/A038/BRT)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010