Washington DC (ANTARA News) - Otak manusia lebih responsif pada teman daripada orang asing, bahkan bila orang asing itu memiliki lebih banyak kesamaan.
Penemuan itu berdasarkan penelitian mahasiswa pasca sarjana Fenna Krienen dan penulis senior Randy Buckner, PhD dari Harvard University.
Mereka mengamati bagian otak yang dikenal terlibat dalam proses informasi sosial, dan hasilnya menunjukkan bahwa persekutuan sosial lebih penting daripada berbagi minat yang sama.
Hasil penelitian dipublikasikan dalam Journal of Science edisi 13 Oktober, seperti dikutip dari EurekAlert.
Para peneliti menyelidiki bagaimana korteks prefontal medial dan terkait dengan daerah otak yang memberi isyarat seseorang dalam situasi sosial. Penelitian sebelumnya sudah menunjukkan bahwa persepsi dari perasaan orang lain menjadi pedoman interaksi sosial.
Krienen dan koleganya berharap apakah bagian otak ini lebih merespon pada orang-orang yang kita kenal, atau kepada mereka yang memiliki minat yang sama.
"Ada pendapat psikologis dan revolusioner bagi gagasan bahwa faktor sosial dari 'kesamaan' dan 'kedekatan' bisa mendapat perlakuan istimewa di otak, sebagai contohnya, untuk mengidentifikasi orang dalam lawan orang luar atau saudara lawan bukan saudara," kata Krienen.
"Bagaimanapun juga, hasil ini menunjukkan bahwa kedekatan sosial merupakan faktor utama, lebih dari kemiripan sosial, seperti sudah diterima sebelumnya."
Para peneliti pertama-tama mencitrakan aktivitas otak dari 32 partisipan sebagaimana mereka dinilai seberapa baik kata sifat untuk menggambarkan kepribadian mereka. Itu membantu mengidentifikasi daerah otak yang merespon pada informasi pribadi yang relevan.
Dalam penelitian terpisah, 66 partisipan berbeda memberi informasi mengenai mereka sendiri dan dua orang teman. Satu orang teman yang mereka percaya memiliki kecenderungan sama dan satu yang dipercaya tidak memiliki kesamaan.
Para peneliti membuat riwayat hidup mengenai kesaamaan dan ketidak samaan orang asing untuk setiap relawan berdasarkan pada riwayat kepribadian mereka. Selama dalam pemindaian, mereka memainkan permainan yang sama dengan acara televisi "The Newlywed Game."
Partisipan memprediksi bagaimana orang lain akan menjawab pertanyaan. Contohnya, akankah seorang teman atau orang asing memilih duduk di lorong atau jendela saat berada di pesawat.
Para peneliti menemukan bahwa aktivitas korteks prefontal medial meningkat saat orang menjawab pertanyaan mengenai teman. Terutama, apakah orang memiliki minat sama, tidak membuat perbedaan dalam respon otak.
"Dalam semua percobaan, kedekatan bukan kemiripan tampak menuntun respon dalam bagian prefontal medial dan terkait seluruh bagian otak. Hasilnya menunjukkan kedekatan sosial lebih penting daripada berbagi keyakinan saat mengevaluasi yang lain," kata Krienen.
Read Montague, PhD, dari Baylor College of Medicine, mengatakan penelitian yang melibatkan partisipan dalam jumlah besar dan pendekataan eksperimental membuatnya menjadi kontribusi yang solid pada bidang itu.
"Para penulis menujukan komponen penting dari kesadaran sosial, relevan dengan orang yang dekat dengan kita," kata pakar pembuat keputusan dan "computational neusoscience" itu.
Penelitian itu didukung oleh National Institute on Aging, Howard Hughes Medical Institute, Simons Foundation, Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dan Ashford Graduate Fellowship in the Sciences.
(ENY/A024)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010