Bantul (ANTARA News) - Lahan pertanian di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengalami kerusakan atau dianggap gagal panen akibat anomali cuaca yang tidak menentu yang terjadi beberapa pekan lalu mencapai 446 hektare.
"Di Bantul memang mengalami kerusakan pada berbagai tanaman pertanian, total yang kami pantau di lapangan selama periode September hingga awal Oktober ini mencapai 446 hektare," kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Bantul, Edy Suhariyanta di Bantul, Rabu.
Menurut dia, instansinya mencatat kerusakan atau gagal panen pada tanaman bawang merah seluas 60 hektare, kacang tanah seluas 110 hektare, kemudian kedelai seluas 30 hektare, tembakau seluas 92 hektare kemudian jagung 154 hektare.
"Tanaman rusak akibat terkena guyuran air hujan terus-menerus yang menggenangi tanaman sehingga tanah menjadi jenuh air dan menyebabkan daun menguning bahkan membusuk, biji yang dihasilkan kisut," katanya.
Menurut dia, kerusakan yang terjadi pada berbagai jenis tanaman tersebut memang tidak terjadi pada seluruh luas tanaman yang ditanam pada musim tanam waktu itu, melainkan hanya sisa dari seluruh tanaman yang belum dipanen.
Ia mengatakan, seperti contoh tanaman tembakau dari total seluas 460 hektare seluas 92 hektare gagal panen, kemudian bawang merah dari total seluas 640 hektare seluas 60 hektare gagal panen. Sedangkan jagung gagal panen seluas 154 hektare dari tanaman 900 hektare.
"Semua lahan pertanian yang mengalami kerusakan atau gagal panen tersebut berada pada dataran rendah maupun daerah hilir, sedangkan pada dataran tinggi dampak kerusakan tidak seberapa," katanya.
Edy mengatakan, dalam agribisnis pertanian faktor cuaca memang sangat mempengaruhi perkembangan kualitas dan produktivitas tanaman dan para petani memang tidak dapat berbuat banyak.
"Meski demikian petani diimbau tetap menaman pertanian sebagaimana mestinya dan untuk waktu yang akan datang diharap memperbaiki saluran irigasi agar aliran air lancar sehingga jika hujan air tidak menggenangi tanaman," katanya.
Lebih lanjut, kata dia kerusakan sejumlah tanaman tersebut memang dapat mempengaruhi pergerakan harga komoditas ini di pasaran, karena stok yang terbatas akibat hasil panenan kurang.
"Kondisi ini memang dapat menimbulkan kerawanan stok di pasaran sehingga berpotensi picu kenaikan harga, kami berharap meski harga naik tidak memberatkan masyarakat kalangan pembeli," katanya.(ANT/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010