Tapaktuan (ANTARA News) - Martunis (25), warga Desa Panton Luas, Kecamatan Tapaktuan, yang sehari-hari mencari rotan di pengunungan Serindit, ditemukan tewas akibat dimangsa harimau sumatera (panthera tigris sumatrae).

"Saat ditemukan kondisi korban sangat memprihatinkan, selain dipenuhi luka, organ perut juga habis dimakan harimau," kata Camat Tapaktuan Erwiandi di Tapaktuan, Selasa.

Pada Senin (11/10) pemuda yang belum berumah tangga itu meninggalkan kediaman orang tuanya menuju kawasan gunung Serindit yang berjarak sekitar satu kilometer dari permukiman penduduk Desa Panton Luas untuk mencari rotan.

Korban yang sudah biasa mencari rotan di kawasan itu ditemukan Selasa (12/10) oleh warga yang melakukan pencarian setelah mengetahui putra pasangan Marsut (47) dan Maryatun (38) belum kembali ke rumahnya.

"Saat ini korban sudah di rumah duka untuk disemayamkan," kata Erwiandi.

Selain di kawasan pengunungan Serindit, sejak satu bulan terakhir kawanan harimau juga berkeliaran dan memangsa ternak warga di Desa Jambo Papeun, Kecamatan Meukek, sekitar 25 km arah barat Gunung Serindit, Panton Luas Tapaktuan.

"Sudah belasan ternak kambing milik warga yang dimangsa hewan dilindungi itu, bahkan tiga hari lalu satu ekor kambing milik aparatur Desa Jambo Papeun juga menjadi korbannya," kata Direktur Eksekutif Yayasan Pelestarian Alam (YAPALA) Suhaimi Shalihin.

Aktivis lingkungan mengatakan, pemerintah dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) harus bertangggung jawab terhadap gangguan satwa liar itu dan harus segera melakukan penanganannya.

"Sudah lebih 10 orang yang meninggal akibat dimangsa harimau sejak empat tahun terakhir di Aceh Selatan, seharusnya ada penanganan yang berkesimbungan untuk mencegah bertambahnya korban jiwa," katanya.

Mengganasnya satwa liar di daerah yang berada di kaki Gunung Bukit Barisan dan Leuser itu akibat maraknya penebangan liar dan perambahan hutan.

Ia juga minta warga yang berdomisili di pinggiran hutan untuk menjaga kelestarian hutan guna mencegah adanya gangguan satwa liar dan bencana alam.
(KR-IRW/R007)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010