Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk tidak manja dan bergantung pada pemerintah.
Di sela-sela pidato pembekalan kepada peserta program pendidikan reguler Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) angkatan ke-44 di Istana Negara, Jakarta, Senin, Presiden mengatakan BUMN harus bersaing dengan swasta dan juga dengan BUMN negara lain.
Selain itu, lanjut dia, BUMN harus profit sehingga bisa memberi dividen dan membayar pajak.
"BUMN tidak boleh manja. Saya tidak suka BUMN manja, harus bersaing dengan swasta, BUMN negara lain," ujarnya.
Pemerintah, kata dia, memang memberikan keberpihakan kepada BUMN namun dalam konteks BUMN memiliki fungsi pelayanan publik.
"Tapi selebihnya harus kompetitif. Kalau manja, bagaimana bisa bersaing?" tanyanya.
Dalam pidatonya, Presiden mengaku sangat selektif dalam memprivatisasi BUMN.
Kepala Negara juga meminta agar privatisasi tidak dimaknai sempit hanya menjual aset negara kepada pihak asing.
Menurut dia, privatisasi juga ada yang menguntungkan melalui penjualan saham kepada publik sehingga manajemen BUMN lebih transparan dan lebih baik tanpa lagi membebani pemerintah.
"Itu membawa `benefit` bagi masyarakat untuk `case-case` tertentu," ujarnya.
Namun, lanjut dia, privatisasi yang tidak tepat seperti yang dilakukan terhadap BUMN yang memegang kepentingan nasional dan menguasai hajat hidup orang banyak memang dapat membawa malapetaka.
"Ini mesti dicegah, tidak boleh terjadi. Ini `policy`, pilihan saya seperti itu," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar mengatakan perusahaan negara yang berada di bawah kementeriannya memang tidak dibiarkan bermanja-manja kepada pemerintah.
Dari 141 BUMN yang ada, Mustafa mengakui, memang ada yang belum menunjukkan kinerja baik karena hambatan permodalan atau kelemahan manajemen.
Namun, ia selalu berusaha menggenjot kinerja BUMN agar dapat tampil sebagai perusahaan sehat menguntungkan yang tidak kalah dari swasta.
(D013/B013)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010