Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya menegaskan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebaiknya meminta ketegasan kepada Belanda terkait dengan kelompok Republik Maluku Selatan (RMS).
"Selama ini RMS yang memicu ketegangan hubungan kedua belah pihak," kata Yunarto Wijaya di Jakarta, Senin.
Menurut dia, hubungan Indonesia-Belanda nampaknya belum cair benar karena adanya ganjalan-ganjalan dari RMS, karena pihak Belanda belum secara tegas menolaknya, dan membiarkannya bebas berkeliaran.
Ia mengatakan, ketegasan Presiden dengan membatalkan perjalanan ke Belanda karena adanya klik diplomasi yang dipicu oleh RMS beberapa waktu lalu menjadi sia-sia.
"Kalau cuman dibatalkan tanpa ada tindak lanjut ya tidak selesai. RMS akan kembali mengganggu bila Indonesia-Belanda akan lebih mendekatkan diri, dan itu pasti akan dilakukan terus," katanya.
Menurut dia, ketegasan SBY ketika membatalkan kunjungan ke Belanda hanya sesaat menjelang berangkat akan dinilai hanya sebagai retorika politik.
"Ini hanya sebuah drama politik tanpa esensi. Tidak ada yang diselesaikan, tapi hanya memperlihatkan sebuah drama politik, dan ini sama sekali tidak berarti," katanya.
Apalagi, menurut dia, Presiden hanya menunda kunjungan dan menunggu masalah itu reda.
Bila Presiden bisa menyelesaikan masalah ini selamanya, kata dia, maka ini akan bermanfaat bagi Indonesia dalam berhubungan dengan Belanda di masa depan.
"RMS akan selalu menjadi benalu dalam hubungan Indonesai-Belanda," katanya.
(M041/S018/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010