Jakarta (ANTARA News) - Keselamatan nuklir Indonesia, baik dari faktor manajemen keselamatan maupun budaya keselamatan di ketiga reaktor nuklirnya, dinilai oleh negara-negara di Asia dan Australia sangat baik.

"Indonesia sangat baik dalam keselamatan nuklir. Tidak pernah terjadi kecelakaan serius di sini," kata Penasihat Senior bidang Keselamatan Organisasi Teknologi dan Sains Australi (ANSTO) Basil Ellis disela workshop Forum untuk Kerja sama Nukilir Asia di Serpong, Banten, Senin.

Ellis, yang saat itu menjadi pembicara dalam workshop juga mengatakan, Australia juga mendukung rencana Indonesia membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

"Kami sangat peduli pada bagaimana mempertahankan ketersediaan energi di masa depan," katanya sambil menambahkan bahwa pihaknya juga bekerja sama dengan Indonesia soal pengembangan nuklir secara umum dan telah siap menjadi pemasok uranium untuk PLTN Indonesia.

Saat ini Australia memang belum memiliki PLTN, kata dia, namun telah memiliki dua reaktor nuklir untuk kepentingan riset dan produksi radio isotop dengan kapasitas 10 MW dan 20 MW, seperti halnya Indonesia yang juga memiliki tiga reaktor riset di Yogyakarta (250 kW), Bandung (1 MW) dan Serpong (30 MW).

Sementara itu, Deputi Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Dr Taswanda Taryo mengatakan, Indonesia sejak 2005 memang termasuk lima besar di dunia untuk kategori administrasi bahan nuklir reaktor riset.

"Tidak ada yang mencurigai Indonesia mengembangkan nuklir ke arah nondamai. Jadi apa pun yang kita pakai untuk rencana PLTN, tak ada yang keberatan," katanya sambil menambahkan bahwa IAEA secara rutin tetap memantau seluruh negara yang mengembangkan nuklir.

Ia mengatakan, keselamatan nuklir Indonesia pada 2008 memang masih dinilai baru terpenuhi 85 persen, tapi pada 2010 sudah 100 persen.

"Sisa yang 15 persen sebenarnya hanya faktor yang kecil-kecil, tapi tetap diperhatikan, seperti ada lampu yang tak menyala, soal daya listrik yang perlu ditambah, atau lantai yang licin yang bisa menyebabkan orang terpeleset," katanya.

Workshop dilaksanakan atas kerja sama Batan dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang dihadiri 25 peserta dari beberapa negara, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang, Korea Selatan, China, Bangladesh, dan Australia.

Pada Rabu, para peserta yang terdiri atas para staf badan energi nuklir bidang keselamatan nuklir di negaranya itu akan meninjau Reaktor Riset GA Siwabessy di Puspiptek Serpong.

(D009/S018/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010