New York (ANTARA) - Mata uang safe-haven dolar AS, yen Jepang dan franc Swiss menguat pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor semakin khawatir tentang varian Delta virus corona yang mengamuk yang dapat mengancam prospek pemulihan ekonomi global.
Tiga mata uang tersebut naik ketika imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun yang dijadikan acuan turun ke level terendah lebih dari lima bulan di 1,176 persen, dengan penghindaran risiko menyebar di pasar keuangan.
Greenback naik ke tertinggi lebih dari tiga bulan terhadap sekeranjang mata uang utama, tetapi telah turun dari level tertinggi karena yen dan franc Swiss menguat karena memburuknya sentimen risiko.
Dolar AS tetap naik tajam terhadap mata uang yang sensitif terhadap risiko seperti dolar Australia, Kanada, dan Selandia Baru.
Sementara itu, yen naik ke level tertinggi dalam 1,5 bulan terhadap dolar.
Varian Delta dari COVID-19 sekarang menjadi jenis yang dominan di seluruh dunia, disertai dengan lonjakan kematian di seluruh Amerika Serikat hampir seluruhnya di antara orang-orang yang tidak divaksinasi, kata para pejabat AS pada Jumat (16/7/2021).
"Tembok kekhawatiran sedang dibangun," kata Christopher Vecchio, analis senior di DailyFX.com, unit riset broker valas IG. "Ekuitas yang lebih rendah, imbal hasil yang lebih rendah, penguatan yen Jepang dan dolar AS semuanya merupakan dorongan risk-off (penghindaran risiko) yang signifikan di pasar."
Dalam perdagangan sore, indeks dolar, yang mengukur nilai greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik ke level tertinggi sejak 5 April. Terakhir naik 0,2 persen pada Senin waktu setempat di 92,868.
Akibat ketidakpastian global terkait varian virus corona, pasar suku bunga AS juga menurunkan ekspektasi pengetatan Federal Reserve AS pada 2022 dan 2023.
"Pasar suku bunga tampaknya tidak berpikir tindakan Fed akan segera terjadi, terutama karena kekhawatiran varian Delta melonjak," kata Vecchio.
Dana-dana berjangka Fed, yang melacak ekspektasi suku bunga jangka pendek, menunjukkan kemungkinan kenaikan seperempat poin oleh Fed pada Desember 2022 turun menjadi 58 persen pada Senin dari 90 persen pada 13 Juli, ketika indeks harga konsumen dirilis. Kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga pada Januari 2023 turun menjadi 70 persen dari 100 persen Selasa lalu (13/7/2021).
Dolar juga menguat kuat terhadap mata uang komoditas. Dolar AS naik lebih dari 1,1 persen terhadap dolar Kanada menjadi 1,2763 dolar Kanada. Dolar Aussie turun 1,0 persen versus greenback menjadi 0,7325 dolar AS, sementara dolar Selandia Baru juga turun 1,1 persen menjadi 0,6923 dolar AS.
Yen melonjak terhadap dolar pada Senin (19/7/2021), ke level tertinggi sejak akhir Mei. Greenback terakhir turun 0,6 persen pada 109,44 yen.
Franc Swiss juga menguat, menyeret dolar turun 0,2 persen menjadi 0,9180 franc.
Pound turun 0,9 persen pada 1,3657 dolar setelah Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengumumkan pada akhir pekan bahwa ia telah dites positif untuk COVID-19 dan dalam isolasi mandiri. Itu memaksa Perdana Menteri Boris Johnson dan Menteri Keuangan Rishi Sunak menjalani karantina, mendorong sterling turun ke palung tiga bulan terhadap dolar di awal sesi.
Euro turun 0,1 persen pada 1,1794 dolar, setelah turun ke level terendah tiga bulan di 1,1764 dolar, menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa minggu ini.
Di pasar mata uang kripto, Bitcoin sedang menguji dukungan utama 30.000 dolar AS dan terakhir turun 3,6 persen pada 30.618 dolar AS.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021