Ambon (ANTARA News) - Maya Hasan yang terkenal sebagai master alat musik harpa tampil memukau, seolah menghipnotis penonton Ambon Jazz Plus Fertival (AJPF) 2010 di Taman Budaya, Karang Panjang, Kota Ambon, Minggu malam.
Tampil di panggung Asean, teater tertutup Taman Budaya, bersama empat musisi yang tergabung dalam "Maya Hasan Sound of Light", sang harpais membuka penampilannya dengan membawakan nomor "Joyfull".
Aksi awal Maya mengundang decak kagum sekitar 150 penonton yang memenuhi bangku VIP teater tertutup tersebut.
Dentingan senar harpa yang dipetiknya terdengar hingga ke luar ruangan, dan menyedot perhatian puluhan penonton yang masih berada di luar masuk ke dalam ruangan.
Para penonton, termasuk Sekretaris Daerah (Sekda) Maluku Ros Far-Far dan Dubes Indonesia untuk Serbia, Samuel Samson, tanpa dikomando ikut menyanyikan syair lagu itu.
Berikutnya, Maya bersama band pendukungnya menyapa para penonton dan berkomunikasi dengan mereka.
"Kita ketemu lagi. Saya senang dan bangga bisa untuk tampil menghibur masyarakat Ambon dan Maluku yang terkenal hebat dan pandai bernyanyi maupun bermain musik," kata harpis bernama lengkap Maya Christina Hasan itu.
Didukung empat personil Maya Hasan Sound of Light, masing-masing Robert Steven (bas), Pongky Prasetyo (kibor), Clif Surese (dram), Arif (elektrik saksofon), wanita kelahiran Hong Kong, 10 Januari 1972 itu kemudian menghentak naluri bermusik penonton dengan memainkan nomor "Savana".
"Lagu-lagu yang saya mainkan tidak semuanya beraliran jazz, ada juga pop maupun lainnya, karena paling terpenting bagi saya adalah bisa menyenangkan hati penonton sekaligus memperkenalkan alat musik harpa kepada masyarakat," ujar jebolan Willamette University, Salem, Oregon, Amerika Serikat, jurusan Harp Performances itu.
Sang Ibu
Istri dari Arthur Richard Worotikan itu juga sempat memainkan partitur lagu "Tribute to Maya" dari album terbaru "Musik Maya" yang diluncurkan tahun ini.
Lagu itu, katanya, didedikasikan dan dipersembahkan kepada ibunya, Sri Mulyati.
"Lagu ini saya dedikasikan untuk ibu tercinta karena telah berjasa memperkenalkan saya dengan harpa saat berusia 16 tahun, sehingga saya tertarik mempelajarinya dan bisa menjadi seperti saat ini," ujarnya sambil memeluk harpa berwarna merah yang menjadi "suaminya" malam itu.
Menurut Maya, dirinya mulai tertarik mempelajari alat musik mahal itu sejak berusia 16 tahun. Saat itu hanya ada dua orang di Indonesia yang dianggap cakap memainkan harpa, yakni Heidy Awuy dan Ussy Piters.
Karena tertarik, Maya berguru harpa selama dua tahun kepada Heidy Awuy.
Baru pada 1990 ia melanjutkan sekolah ke Willamette University, Salem, Oregon, Amerika Serikat, mengambil jurusan Harp Performances di bawah bimbingan Laura Zaerr.
Maya mengaku menemukan gaya permainan harpanya setelah bertemu harpais Carrol McLaughlin dari University of Arizona.
Dalam konsernya, beberapa lagu yang juga dimainkan ibu dari Alexandra Natasha, Andrea Christina dan Austin George Worotikan itu antara lain Casat Indigo, Road to Gold dan Solusi, yang membuat para penonton semakin terbuai dan tidak bergeming dari tempat duduknya.
"Musik akan tetap hidup dan memberi damai. Musik tidak memandang perbedaan, suku, ras, antargolongan maupun antar generasi, semuanya bisa disatukan dalam satu panggung," ujar peraih penghargaan The Music Talent Award, The Stannus Music Award dan The Violet Burlingham M.P.E. Award tersebut.
Sebelum mengakhiri konsernya, Maya menyatakan dirinya akan tetap hadir untuk menghibur masyarakat Ambon dengan harpanya.
"Saya cinta Ambon, kota yang indah dan kaya seni budaya serta keramahtamahan masyarakatnya. Saya akan tetap datang untuk manggung di Ambon Jazz tahun berikutnya," ujarnya di penghujung penampilan. (JA/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010