Banyuwangi (ANTARA News) - Banjir akibat hujan deras selama tujuh jam yang mengguyur wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (10/10), merusak penyangga jembatan kereta api sehingga membatalkan perjalanan kereta api Mutiara Timur jurusan Banyuwangi - Surabaya.

Kepala stasiun Karangasem, Banyuwangi, Jawa Timur, Sofyan, Senin dini hari, mengatakan untuk sementara waktu sambil menunggu perbaikan jembatan yang rusak seluruh kegiatan perjalanan kereta api dipindahkan ke Stasiun Karangasem, Banyuwangi.

Guna mengantisipasi keselamatan perjalanan kereta api lainnya, PT Kereta Api Daops IX Jember pun menghentikan seluruh perjalanan kereta api di Stasiun Karangasem, Banyuwangi, karena kereta tidak bisa melanjutkan perjalanan hingga Stasiun Banyuwangi Baru yang masih berjarak sekitar delapan kilometer ke arah utara.

"Ada dua kereta api yang tidak bisa beroperasi sehubungan dengan kerusakan jembatan tersebut. Selain kereta api Mutiara Timur jurusan Banyuwangi - Surabaya, juga ada kereta api Pandan Wangi jurusan Banyuwangi - Jember yang tidak bisa lewat," jelasnya.

Menurut Sofyan, pihaknya pertama kali mengetahui adanya kerusakan jembatan kereta api itu dari warga Desa Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi yang melihat adanya suara gemuruh di sekitar jembatan tersebut pada pukul 20.00 WIB.

"Beruntung, beberapa kereta api belum lewat, sehingga kerusakan jembatan itu tidak sampai menyebabkan kecelakaan dan menimbulkan korban jiwa," ungkapnya.

Padahal, lanjut Sofyan, saat itu akan lewat kereta api Pandan Wangi yang akan menuju Kalibaru. Selain itu, pada pukul 22.00 WIB juga akan lewat kereta api Mutiara Timur jurusan Banyuwangi - Surabaya.

Jadwal lainnya adalah kereta api Sritanjung jurusan Banyuwangi - Yogyakarta pukul 22.15 WIB dan kereta api Tawangalun jurusan Banyuwangi - Malang pukul 23.00 WIB.

"Untuk mengantisipasi kelancaran jadwal perjalanan kereta api dari Banyuwangi dengan tujuan beberapa kota di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta, seluruh perjalanan kereta api dipusatkan di Stasiun Karangasem, Banyuwangi," katanya.

Namun, untuk kereta api Mutiara Timur malam dan pandan Wangi tetap tidak bisa dioperasionalkan, sedang untuk kereta api Mutiara Timur siang yang melaju pada Senin (11/10) pagi akan diberangkatkan dari Stasiun Karangasem, Banyuwangi.

Terhentinya kereta api Sritanjung di Stasiun Karangasem, Banyuwangi, sempat membuat bingung sejumlah penumpang kereta api itu. Selain tidak tahu harus kemana, juga mereka harus mengeluarkan biaya tambahan.

Salah seorang penumpang, Agus Salim, asal Yogyakarta, mengatakan ia tidak tahu harus kemana karena tujuannya pergi ke Bali dengan tiket terpadu.

"Setelah sampai di stasiun akhir saya melanjutkan perjalanan dengan kendaraan kereta api hingga di Bali. Yang membuat saya pusing karena saya tidak pernah ke Bali," ungkapnya.

Penumpang Sritanjung lainnya, Nur Lukman asal Kediri, mengaku harus mengeluarkan biaya tambahan karena kedatangannya di Banyuwangi terhambat akibat kerusakan jembatan tersebut.

"Saya sudah membeli tiket hingga Bali, namun dengan keterlambatan kedatangan kereta api ini saya harus bermalam dulu di Banyuwangi untuk melanjutkan perjalanan pada keesokan hari," ungkapnya.

Ambrolnya penyangga jembatan kereta api di Desa Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi itu diketahui pertama kali seorang warga Boyolangu, Ismail, yang sempat mendengar suara gemuruh sebelum mengetahui jika jembatan kereta api tersebut sudah tidak ada peyanggahnya lagi.

"Kami bersama warga lainnya kemudian memberitahukan jika jembatan kereta api sangat berbahaya untuk dilewati," ungkapnya.

Selain merusak jembatan kereta api, menurut Ismail, arus deras sungai Boyolangu juga merusakkan sebuah mushalla di desanya, namun demikian tidak ada korban jiwa dalam peristiwa meluapnya air sungai Boyolangu tersebut. (ANT-164/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010