"Aksi terjun payung ini dilakukan pada waktu siang dan malam hari," kata Puan Zuraidah Mohd Said, CEO Menara KL, di sela-sela acara "Wedding made in the Sky", Minggu.
Dijelaskannya, kegiatan ini sudah berlangsung sejak tahun lalu dan ternyata jumlah peminatnya terus bertambah meskipun mereka itu harus membayar 1.000 ringgit per orang termasuk untuk makan dan minum.
Bahkan tahun ini, aksi terjun payung yang dilakukan oleh para penerjun berpengalaman dari sejumlah negara itu turut memeriahkan pelaksanaan pesta perkawinan tujuh orang pasangan yang menikah pada tanggal 10 bulan 10 tahun 2010.
Tujuh orang penerjun membawa cinderamata untuk para pengantin itu dan diserahkan setelah mereka melakukan aksi terjun payungnya dari menara ke-5 tertinggi di dunia tersebut.
Menurut Puan Zuraidah, pernikahan bertema "wedding made in the sky" ini merupakan yang keempat kalinya dilaksanakan di Menara KL.
"Kami tahun depan juga akan menyelenggarakan kegiatan ini dan siapa saja yang berminat boleh mendaftarkan diri termasuk dari negara lain. Orang Indonesia bila mau ikut, kami senang sekali," katanya.
Para pasangan yang melangsungkan pernikahan di Menara KL juga diterbangkan keliling kota Kuala Lumpur dengan helikopter dan masing-masing pasangan mendapatkan kesempatan untuk terbang selama 15 menit.
Sedangkan mengenai biaya yang harus dikeluarkan oleh masing-masing pasangan tergantung dari berapa banyak tamu yang akan hadir dalam acara tersebut.
"Biayanya sekitar 250 ringgit per orang dan minimal pesanan untuk pelaksanaan pestanya sekitar 400 undangan," ungkapnya.(*)
(T.N004/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010