Kabul (ANTARA News/Reuters) - Pekerja bantuan Inggris, yang diculik kelompok bersenjata di Afghanistan pada bulan lalu, dibunuh penculiknya setelah upaya penyelamatan gagal, kata pemerintah Inggris pada Sabtu.
Kematian pekerja bantuan itu terjadi saat Presiden Hamid Karzai meminta dukungan suku bagi serangan pimpinan NATO terhadap Taliban di jantung selatan mereka dalam upaya mengubah arus dalam perang lebih dari sembilan tahun itu.
Linda Norgrove (36 tahun), yang bekerja untuk kelompok bantuan Amerika Serikat, disandera sejak 26 September setelah disergap dengan tiga rekan kerja Afghanistan-nya saat mengunjungi kegiatan di daerah terpencil di Provinsi Kunar, wilayah tanpa hukum berbatasan dengan Pakistan.
"Tanggung jawab atas kejadian menyedihkan ini terletak tepat pada penyanderanya. Sejak mereka membawanya, hidupnya berada di bawah ancaman gawat," kata pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.
Hague tidak merinci upaya penyelamatan pada Jumat malam itu dan alasan menculik Norgrove tidak jelas.
Norgrove, mantan pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa, adalah direktur kegiatan bantuan bernilai 150 juta Amerika Serikat (sekitar Rp1.350 triliun) untuk membangun perekonomian daerah.
Kematiannya menyoroti peningkatan bahaya bagi pekerja bantuan di Afghanistan, tempat pejuang dan kelompok lain bersenjata berkuasa di banyak bagian negara terkoyak perang itu.
Pada Agustus, delapan pekerja kesehatan asing, termasuk wanita dokter Inggris, serta dua warga Afghanistan, dibunuh kelompok bersenjata di wilayah terpencil timurlaut.
Pejuang masih menyekap dua wartawan Prancis, yang ditangkap pada Desember 2009.
Perang Afghanistan semakin menekan pemerintah Presiden Barack Obama saat ia dan NATO sekutunya menghadapi tekanan di dalam negeri untuk mengahiri perang tak disukai itu.
Kemelut itu dalam keadaan paling keras sejak Taliban digulingkan pada ahir 2001 oleh pasukan dukung Amerika Serikat.
Sekitar 150.000 pasukan asing berada di negara itu dan lebih dari 2.000 tewas sejak perang tersebut dimulai, lebih dari setengah hanya dalam dua tahun belakangan.
Inggris memiliki hampir 10.000 tentara di Afghanistan, yang satuan kedua terbesar setelah Amerika Serikat, dengan sebagian besar dari mereka ditempatkan di Helmand, pusat perlawanan Taliban dan perdagangan opium.
Sejumlah 339 tentara negara itu tewas di sana sejak serbuan pada 2001.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.
Pejuang hak asasi manusia Inggris meluncurkan upaya membawa pejabat pertahanan ke pengadilan atas tuduhan keterlibatan tentara negara itu dalam penembakan rakyat Afghanistan, kata laporan pada awal Agustus.
Puluhan ribu naskah rahasia tentara Amerika Serikat diterbitkan laman jagabaya WikiLeaks, yang merekam penembakan tidak biasa atas rakyat di Afghanistan melibatkan dua satuan tentara Inggris, kata koran "Guardian".
Wakil Perdana Menteri Inggris Nick Clegg pada ahir Agustus memastikan tugas tempur negaranya di Afghanistan berakhir pada 2015 dan berjanji melindungi pasukan garis depan dari pemotongan mendadak dalam anggaran pemerintah.(*)
(B002/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010