Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah pengusaha warung internet (warnet) di wilayah Bekasi, Jabar, menolak rencana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) 15 persen pada bulan Januari 2011 mendatang, karena berdampak negatif bagi usaha mereka.
"Kami menolak rencana pemerintah tersebut, karena belum lama pemerintah menaikkan TDL pada 1 Juli lalu, kini pemerintah berencana menaikan TDL lagi. Naiknya TDL akan berdampak pada pengusaha warnet," kata Deni, pengusaha warnet Ameru di Bekasi Timur, Minggu.
Ia mengatakan, para pengusaha warnet akan merasa dirugikan, karena setelah kenaikan TDL Juli lalu tempat penyewaan warnet akhir-akhir ini sepi pelanggan, dan dikhawatirkan setelah terjadi kenaikan TDL lagi akan tambah sepi.
Menurut dia, kenaikan TDL juga tidak menjamin bahwa listrik tetap menyala terus, bahkan yang sudah terjadi harga listrik naik namun listrik tetap sering padam atau mati lampu secara bergilir.
"Kenaikan TDL tidak akan menjamin listrik akan nyala terus, malahan yang sudah-sudah tetap terjadi mati lampu secara bergilir. Hal ini juga menjadi kekhawatiran sejumlah pengusaha konveksi karena waktu pengerjaan produksi menjadi tertunda dan makin lama. Ini malah menambah beban rakyat terutama pengusaha yang memakai jasa listrik," tegasnya.
Hal senada dikemukakan Fadil, pengusaha warnet di Bekasi bahwa kenaikan TDL pada 1 Juli silam memicu harga bahan baku menjadi naik dan terpaksa pihaknya menaikkan harga sewa jasa internetnya.
"Belum hilang beban rakyat dan dunia usaha dengan kenaikan TDL pada Juli lalu. Jadi, jangan lagi menambah beban sekarang ini. Menaikkan TDL hanya akan menambah persoalan atau beban baru bagi masyarakat," ujarnya.
Ia menambahkan, kenaikan TDL juga memengaruhi daya sewa masyarakat. Para pengusaha warnet merasa cemas bila daya sewa masyarakat menurun karena berdampak kepada usaha mereka.
Para pengusaha warnet berharap kepada pemerintah dan PLN untuk tidak menaikkan TDL secara terus menerus karena berdampak buruk bagi usaha mereka.(*)
(ANT-135/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010