London (ANTARA) - Petugas sosial dan kesehatan garda terdepan di Inggris mungkin akan terus bertugas bahkan jika mereka terpapar dari pasien COVID-19, kata pemerintah pada Senin saat menteri terkait berupaya meringankan tekanan terhadap layanan kesehatan akibat lonjakan infeksi.
Kasus COVID-19 melonjak di Inggris, menyebabkan ratusan ribu pekerja diberitahu bahwa mereka perlu menghabiskan 10 hari di rumah sebab mereka terindentifikasi sebagai kontak erat pasien COVID.
Kondisi itu menyebabkan krisis staf di sekolah, perusahaan dan sistem layanan kesehatan.
Untuk meringankan beban sistem layanan kesehatan, di mana lonjakan kasus juga menambah beban kerja, pemerintah mengumumkan pengecualian bagi staf yang telah divaksin lengkap dengan syarat khusus.
Aturan baru itu akan berlaku bagi staf yang ketidakhadirannya akan menimbulkan risiko bahaya yang signifikan. Mereka yang dianggap memenuhi syarat harus terbukti negatif COVID-19, dan melakukan tes harian selama masa isolasi.
"Saat kita belajar untuk hidup (berdampingan) dengan virus ini, penting bagi kami untuk memastikan bahwa staf garda terdepan dapat terus memberikan perawatan dan dukungan yang terbaik bagi masyarakat," kata Menteri Kesehatan Sajid Javid, yang sedang menjalani isolasi mandiri usai terpapar COVID-19 pada Sabtu.
Inggris berencana menghapus hampir semua pembatasan COVID-19 pada Senin untuk membantu memulai kembali perekonomian. Akan tetapi otoritas telah memperingatkan bahwa selagi vaksin mengurangi tingkat kematian dan rawat inap, infeksi baru dapat meningkat ke rekor 100.000 kasus per hari.
Pemerintahan otonomi di Skotlandia, Wales dan Irlandia utara membuat kebijakan mereka sendiri.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ratu Elizabeth berterima kasih kepada pekerja kesehatan seluruh dunia
Baca juga: PM Inggris akan umumkan penundaan untuk akhiri pembatasan COVID
Baca juga: Inggris izinkan warganya berlibur ke sejumlah negara
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021