Jakarta (ANTARA News) - Perkembangan zaman dan teknologi informasi telah menggiring kaum muda untuk berkomunikasi dengan caranya sendiri sehingga Bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi korbannya.

"Kalau mau menggunakan Bahasa Indonesia total saja, jangan dicampur dengan bahasa rekaan sendiri atas nama bahasa gaul," kata Ketua Program Studi Indonesia Universitas Indonesia, Maria Josephine Manti dalam sebuah acara di Tanahabang, Jakarta, Sabtu.

Maria menjelaskan, Bahasa Indonesia adalah identias bangsa sehingga tidak pantas perkembangan zaman dan perubahan teknologi komunikasi menggerusnya, apalagi jika hanya demi pergaulan.

Pergeseran itu tampak di kalangan remaja, terutama saat mengirim pesan singkat via ponsel atau berkomunikasi di dunia maya.

Salah satu contoh bahasa komunikasi mereka yang dikatakan bahasa gaul adalah dengan menyingkat huruf dengan angka dalam sebuah kata.

Sebagai contoh kata Maria, "9ax aneh kok ay..slmet ya mo9a lan99eng. amHIen". Kalimat itu artinya, "nggak aneh kok Ay,selamat ya semoga langgeng. Amin."

Bahasa gaul atau bahasa alay boleh-boleh saja, asal dikendalikan, jangan kebablasan seperti sekarang, dengan tidak melihat tempat dan momen, katanya.

Menurut Maria, munculnya bahasa gaul terjadi karena dinamika kehidupan masyarakat dan kemajuan teknologi komunikasi, ditambah kemunculan jejaring sosial di dunia maya.

Menurut Maria, pengguna media internet memanfaatkan bahasa gaul untuk berkomunikasi secara online dan bahasa gaul pun menyisihkan Bahasa Indonesia.

Sementara itu Pengamat Komunikasi, Dian Budiargo menuturkan bahwa penggunaan bahasa alay bisa merusak tatanan bahasa Indonesia.

"Seperti kata lu dan gue, jika dua kata itu digunakan antar teman tidak akan menjadi masalah. Namun jika digunakan pada acara formal, maka akan muncul anggapan rendahnya tingkat profesionalisme seseorang dalam suatu hubungan kerja," ujar Dian.

Dian mengimbau masyarakat termasuk pendidik untuk menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang utama dan penting sebagai warga negara Indonesia.

"Di era global, penguasaan bahasa asing tetap diperlukan. Namun yang lebih penting adalah menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama," kata Dian.(*)

ANT/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010