Yogyakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi X DPR RI Dedi Gumelar berharap KONI memiliki keberanian politik untuk mengintervensi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sehingga bisa mengubah sistem dalam seluruh proses pembinaan olah raga tersebut di Indonesia.
"Meskipun PSSI adalah organisasi mandiri dan intervensi oleh negara terhadap organisasi tersebut melanggar aturan FIFA, tetapi itu akan lebih baik untuk perkembangan olah raga sepak bola Indonesia di masa yang akan datang," kata Dedi Gumelar di sela uji publik RUU Cagar Budaya di Yogyakarta, Sabtu.
Tanggapan Dedi tersebut dinyatakan usai kekalahan pahit tim Indonesia saat menjamu tim Uruguay 1-7 di Stadion Gelora Bung Karno, Jumat malam (8/10).
Menurut dia, PSSI selama ini juga tidak memiliki kiprah atau prestasi yang cukup baik di FIFA sehingga apabila nantinya federasi sepak bola internasional tersebut akan menjatuhkan sanksi kepada PSSI, maka sanksi tersebut tidak akan berpengaruh negatif untuk Indonesia.
"Saat ini, Indonesia masih sulit untuk bisa mendominasi pertandingan internasional, misalnya di SEA Games, atau Asian Games," katanya.
Dedi bahkan menilai, apabila Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA, maka Indonesia justru akan memiliki banyak waktu untuk memperbaiki sistem pembinaan olah raga tersebut dan kemudian berprestasi.
"Selama ini, sistem pembinaan yang dilakukan adalah salah. Kompetisi dilakukan hanya untuk pertandingan saja. Pembinaan harus dilakukan sejak dini, bukan menggabung-gabungkan pemain dari satu klub dengan klub lain," katanya.
Ia mengatakan, pembinaan sejak dini tersebut sangat diperlukan, karena di Indonesia, sepak bola belum menjadi sebuah budaya tetapi baru sebatas olah raga hiburan.
Pembinaan sejak dini tersebut, lanjut dia, juga sekaligus menjadi penolakan terhadap rencana naturalisasi pemain asing ke dalam tim nasional sepak bola Indonesia, meskipun pemain asing tersebut dikatakan memiliki darah Indonesia.
"Harusnya bangsa Indonesia malu dengan rencana naturalisasi itu. Penduduk di Indonesia sangat banyak, sehingga pasti ada banyak pemain-pemain yang bisa direkrut untuk menjadi pemain sepak bola di masa depan," katanya.
Naturalisasi, lanjut dia, juga belum memberikan jaminan tentang perbaikan sepak bola di Indonesia, disamping jaminan menyangkut rasa nasionalisme pemain-pemain hasil naturalisasi tersebut. "Naturalisasi bukanlah solusi jangka panjang," katanya. (*)
E013/F005
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010