Pangkalpinang (ANTARA News) - Kualitas kakao di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), menurun akibat pengeringan terkendala oleh hujan yang terus mengguyur daerah itu.

"Kakao yang dipasok dari petani kualitasnya kurang bagus karena hujan yang turun hampir setiap hari sehingga proses pengeringan yang tidak sempurna," kata Ellan, pedagang pengumpul di Pasar Pembangunan Pangkalpinang, Sabtu.

Petani kakao kesulitan menjemur hasil panennya dan membutukan setidaknya satu minggu untuk mengeringkan kakao, padahal normalnya hanya butuh dua hingga tiga hari.

Ia menjelaskan, kakao kering yang dipasok dari petani tidak bisa disimpan lama karena mudah berjamur dan bahkan membusuk dan bila disimpan lebih lama lagi akan menjadi serbuk.

"Kakao kering yang dibeli dari petani hanya bisa disimpan selama seminggu, padahal kakao yang kualitas bagus bisa tahan disimpan berbulan bulan," ujarnya.

Ia mengatakan, kualitas kakao yang kurang bagus berdampak langsung terhadap penurunan harga kakao di tingkat pedagang pengumpul, dari Rp16 ribu menjadi Rp15 ribu per kilogram.

"Kami terpaksa menurunkan harga kakao karena kakao masih lembab atau kurang kering sehingga pedagang harus menjemurkan kembali agar tidak mudah berjamur dan bisa disimpan lama," ujarnya.

Erman, pedagang pengumpul lainnya mengatakan, hujan beberapa pekan terakhir ini berpengaruh langsung terhadap transaksi kakao yang makin berkurang karena kakako menjadi sulit dijemur.(*)
ANT/B012/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010