"Air masih terus naik dan semua wilayah di Kota Putussibau terendam air," kata Kepala Bagian Humas Setda Pemkab Kapuas Hulu Jantau saat dihubungi dari Pontianak, Sabtu pagi.
Ia mengakui, banjir kali ini merupakan yang terbesar sejak 30 tahun terakhir.
"Sekitar 60 persen rumah sudah dimasuki air dengan ketinggian antara setengah meter sampai dua meter dari lantai," kata Jantau.
Ia menambahkan, sejauh ini belum ada laporan korban jiwa karena banjir tersebut.
Nina (26), salah seorang warga Kota Putussibau mengatakan, air sudah mencapai ketinggian satu meter diatas permukaan di daerah rumah betang Kampung Melapi.
Warga pun memilih untuk mematikan telepon selular guna menghemat baterai karena listrik padam.
"PLN mematikan listrik sejak tengah malam. Sudah banjir, listrik padam," kata Nina.
Sementara itu di Kecamatan Lanjak, yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Danau Sentarum, juga mulai terkena banjir.
Padahal, lanjut Lauren (35), warga setempat, letaknya cukup tinggi dibanding daerah lain di Kapuas Hulu.
Akses jalan dari Putussibau ke Lanjak juga rusak parah. "Butuh waktu empat hari untuk sampai, padahal jaraknya tidak jauh," kata Lauren.
Ansela, warga Putussibau yang tengah tugas belajar di Yogyakarta, mengaku khawatir dan terus memantau kondisi banjir.
Ia mengatakan, air sudah memasuki rumah dengan ketinggian 20 centimeter. Padahal malam tadi, masih delapan centimeter dari lantai.
Kabupaten Kapuas Hulu merupakan kabupaten yang wilayahnya ditetapkan sebagai daerah konservasi. Inisiasi "Heart of Borneo", kabupaten tersebut salah satunya. (T011/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010