London (ANTARA News) - Menteri Negara Urusan Perdagangan Tunisia, Chokri Mamoghli mengungkapkan pemerintah Tunisia ingin meningkatkan hubungan kerja sama dengan Indonesia khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan.
Hal itu disampaikan Chokri Mamoghli dalam pertemuannya dengan Duta Besar LBBP RI untuk Republik Tunisia, Muhammad Ibnu Said di Kantor Kementerian Perdagangan Tunisia, demikian keterangan pers KBRI Tunisia yang diterima Antara London, Sabtu.
Menteri Chokri Mamoghli mengatakan untuk meningkatkan hubungan tersebut diperlukan adanya legal framework yang mengatur secara konkrit dan pragmatis hubungan perdagangan antara kedua negara.
Dikatakannya pada pertemuan JSG ke-2 yang diadakan pada bulan Juni lalu di Bali, Tunisia telah menyampaikan draft PTA kepada Indonesia untuk dinegosiasikan oleh kedua belah pihak.
Dalam pertemuan yang dihadir Dirjen Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan Tunisia, Saida Hachicha juga dibahas perkembangan hubungan kerjasama kedua negara di bidang ekonomi dan perdagangan.
Dalam kesempatan itu Dubes menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas sambutan yang diberikan Sekretaris Negara Urusan Perdagangan kepada KBRI Tunis dan kehadirannya pada resepsi HUT RI yang diadakan KBRI Tunisia.
Dubesi RI mengungkapkan keinginan pemerintah RI untuk terus memperkuat dan meningkatkan kerjasama antara Indonesia dengan Tunisia, khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan.
Hal ini mengingat peningkatkan ekspor perdagangan akan berdampak terhadap penyediaan lapangan kerja di kedua negara. Ia juga menyampaikan appresiasinya atas keberhasilan Tunisia dalam mengelola ekonomi sehingga meningkatkan daya saing produk Tunisia.
Hal itu dilaporkan Davos World Economic Forum Global Competitiveness Report 2010-2011, Oxford Business Group (OBG) Report Tunisia 2010, dan dalam World Bank Report 2010 on Doing Business yang menempatkan Tunisia pada peringkat ke-69 di dunia dan peringkat kedua di Afrika pada peringkat Global Peace Index.
Dalam pertemuan itu kedua negara dapat memanfaatkan potensi kawasan masing-masing, dimana Tunisia dapat melakukan penetrasi pasar pada kawasan perdagangan ASEAN.
Sementara Indonesia dapat memanfaatkan potensi Kerjasama Perdagangan Bebas antara Tunisia dan negara Uni Eropa yang berlaku sejak 1 Januari 2008 di mana kedua kawasan tersebut memiliki penduduk masing-masing sekitar 570 juta jiwa.
Dalam kesempatan itu dubes menyampaikan keingingan Indonesia untuk segera merealisasikan kesepakatan yang tertuang dalam Minutes of meeting antara PT Pupuk Sriwijaya, PT Pupuk Kaltim dan PT Petro Kimia Gersik dengan pejabat CPG dan GCT Tunisia.
Kerjasama komersial jangka panjang untuk pasokan produk phosphate rock dan phopheric acid dan kemungkinan pembentukan partnership di Tunisia atau Indonesia untuk kerjasama pembanguan pabrik untuk phosphoric acid dan/atau NPK plant atau lainnya.
Selain itu, Dubes RI mengutarakan pentingnya menyelesaikan pembahasan Joint Study Group bidang ekonomi dan perdagangan pada pembentukan Preferential Trade Arranggement (PTA) antara RI-Tunisia agar tarif masuk antara kedua negara berkisar 0-36 persen dapat dikurangi khususnya produk berpotensi pada kedua negara.
Menteri Chokri Mamoghli menyambut baik upaya Dubes RI dan mengungkapkan keinginan yang sama dari pemerintahn Tunisia mengenai peningkatan hubungan kerjasama kedua negara khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan.
Sehubungan dengan itu,.Mamoghli mengharapkan tanggapan segera dari pihak Indonesia sehingga hal tersebut dapat segera dibahas pada pertemuan selanjutnya bulan Januari 2011 di Tunisia.
Diungkapkannya perlunya peningkatan kuantitas dan kualitas saling kunjung antara pelaku usaha kedua negara dan pejabat pemerintahan dalam rangka lebih saling mengenal potensi dan peluang yang ditawarkan termasuk membawa misi dagang dan berpartisipasi pada berbagai pameran di kedua negara.
Dubes RI untuk Tunisia akan melakukan kunjungan ke Jakarta dalam rangka memimpin delegasi usaha Tunisia menghadiri Pameran Produk Ekspor (PPE) ke-21 yang dilaksanakan pada tanggal 13-17 Oktober mendatang.
Selain hadir dalam PPE, delegasi tersebut akan mengadakan pertemuan dengan Kemlu dan Kementerian
Perdagangan guna menindaklanjuti hasil pertemuan JSG ke-2.
Volume perdagangan Indonesia-Tunisia sempat mengalami penurunan sebesar 38 persen dari 122 juta dolar AS menjadi 76 juta dolar AS pada tahun 2009. Dari sisi jenis komoditas juga terjadi penurunan. Di antara penyebabnya adalah krisis keuangan global yang turut melanda Tunisia. (ZG/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010