Deputi Menteri Keuangan Naoko Ishii mengatakan kepada sebuah forum di sela-sela pertemuan para pembuat kebijakan ekonomi global bahwa krisis ekonomi terbaru telah menunjukkan beberapa kelemahan struktural Jepang dan menyoroti kebutuhan untuk reformasi.
Dia mengatakan Jepang, yang secara tradisional bergantung pada pertumbuhan yang dipicu ekspor, perlu untuk fokus pada peningkatan kegiatan domestik untuk menanggapi krisis.
"Konsumsi harus meningkat," katanya. "Kami harus berpikir tentang bagaimana kita bisa menerjemahkan perekonomian ini ke dalam sebuah peran penting domestik."
Komentar datang setelah Bank of Japan (bank sentral Jepang) dan pemerintah Jepang mengumumkan langkah-langkah stimulus baru untuk membantu meningkatkan perekonomian yang terpukul oleh deflasi dan penguatan yen.
"Sulit untuk keluar dari perangkap deflasi setelah Anda berada di dalamnya untuk beberapa waktu," kata Ishii pada forum yang diadakan di sela-sela pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.
Dia menambahkan bahwa Jepang menghadapi `headwinds` dalam mencoba untuk melaksanakan reformasi karena defisit besar anggaran dan populasi yang menua yang menempatkan permintaan lebih pada keuangan pemerintah.
Kathy Matsui, kepala strategi Jepang di Goldman Sachs, mengatakan kepada forum sektor bahwa sektor korporasi dapat menjadi kunci untuk mengangkat Jepang keluar dari `malaise`.
Satu masalah adalah struktur `interlocking` kepemilikan di Jepang yang menurut Matsui menghambat inovasi. Sistem kepemilikan silang di perusahaan-perusahaan oleh perusahaan bank dan asuransi telah diturunkan tetapi tidak cukup, katanya.
"Saya pikir Jepang harus membuat cross-holding ilegal," katanya. Hal ini akan mendorong perusahaan untuk membayar dividen lebih banyak, melakukan akuisisi dan mengambil tindakan lain yang akan merangsang aktivitas, kata Matsui.
Nouriel Roubini, seorang profesor Universitas New York dijuluki "Dr Doom" untuk prospek ekonominya, mengatakan kepada forum bahwa Jepang juga harus mempertimbangkan subyek sensitif dari imigrasi untuk menangani dampak dari populasi yang menua.
"Jepang telah melakukan sesuatu yang radikal ... mereka harus membuka pintu gerbang," kata Roubini.
Ekonom mengatakan, Jepang memiliki sarana untuk mengatasi masalah tetapi perlu menunjukkan kemauan politik.
"Ada cahaya di ujung terowongan. Selama ada penyelesaian politik, Jepang tidak akan menjadi binasa." (A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010