Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru-paru) Achmad Mulawarman mengemukakan pentingnya penerapan protokol kesehatan di lingkungan rumah tangga untuk menekan risiko penularan COVID-19.

Dalam acara diskusi via daring mengenai penanganan COVID-19 di rumah dan peranan vaksinasi pada Minggu, ia mengatakan, penyebab tingginya kasus penularan virus corona di lingkungan rumah tangga antara lain kesulitan anggota keluarga berdisiplin menerapkan protokol kesehatan di rumah, termasuk memakai masker dan menjaga jarak.

Faktor penyebab yang lain, menurut dia, keberadaan anggota keluarga yang sering keluar masuk rumah namun tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan serta ventilasi ruangan yang kurang baik.

Ia menekankan pentingnya disiplin anggota keluarga dalam menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, dalam upaya menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.

Setiap anggota keluarga, ia mengatakan, sebaiknya juga rutin memperhatikan gejala sakit yang dirasakan mau pun dialami oleh anggota keluarga yang lain.

Di samping itu, menurut dia, ventilasi ruangan di dalam rumah harus dipastikan dalam keadaan baik dan ruangan di dalam rumah rutin didisinfeksi.

Apabila orang tua terserang COVID-19 namun anaknya tidak, Achmad mengatakan, orang tua bisa meminta anak melakukan aktivitas di ruangan yang berbeda bila anak sudah cukup mandiri.

"Bila anak belum mandiri maka dititipkan kepada keluarga yang sehat, dengan catatan jangan dititipkan pada orang yang berisiko tinggi, yakni lansia dan orang yang mempunyai komorbid," katanya dalam acara diskusi yang digelar Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Jika tidak ada kerabat yang bisa dititipi anak, ia melanjutkan, maka orang tuanya wajib selalu memakai masker dan menjaga jarak dengan anak. "Pantau juga anak bila ada gejala," katanya.

Apabila anak terinfeksi virus corona sementara orang tuanya tidak, maka orang tua bisa meminta anak melakukan aktivitas di ruang berbeda.

"Namun bila anak belum mandiri, rawat bersama orang tua dengan keduanya memakai masker, menjaga jarak meskipun dalam satu ruangan," kata Achmad.

Ia mengatakan bahwa orang tua harus dipastikan tidak dalam kondisi berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan saat merawat anak yang terserang COVID-19.

"Di samping itu, perhatikan ventilasi ruangan yang baik serta rajin (semprot) disinfektan ruangan," katanya.

Menurut dia, durasi perawatan penderita infeksi virus corona dengan gejala ringan minimal 10 hari sejak gejala pertama ditambah tiga hari setelah tanpa gejala.

"Untuk gejala sedang, yaitu gejala kategori ringan disertai saturasi oksigen kurang dari 92 persen, maka lokasi perawatan di rumah sakit. Begitupun yang berat, harus dirawat di rumah sakit," katanya.

Achmad juga menyampaikan cara membaca nilai cycle threshold (CT) dari pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).

Nilai CT menunjukkan kadar virus di dalam tubuh. Menurut Achmad, nilai CT yang lebih tinggi menunjukkan kadar virus di dalam tubuh lebih rendah, sebaliknya nilai CT yang lebih rendah menunjukkan kadar virus dalam tubuh lebih tinggi.

Menurut dia, batasan yang menunjukkan partikel virus yang terdeteksi sedikit adalah nilai CT 35-49.

"Catatan, panduan itu harus dilakukan dengan memperhatikan gejala klinis. Meski pasien berangsur pulih dari COVlD-19 dengan angka CT yang lebih tinggi, gejala klinis tetap harus diperhatikan seperti demam, batuk, diare, atau tidak mampu bernafas," katanya.


Baca juga:
Klaster keluarga sumbang lonjakan kasus COVID-19 di Jember

Klaster keluarga masih mendominasi kasus penularan COVID-19 di Jakarta

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021