Mengwi (ANTARA News) - Para pejabat di jajaran Pemerintahan Kabupaten Badung melepas ratusan anak penyu atau tukik untuk dibudidayakan di Pantai Kramat Desa Adat Seseh, Mengwi, Jumat.

Sekretaris Daerah Kompyang R. Swandika, SH,MH hadir dalam kegiatan pelepasan tukik bersama pejabat lainnya antara lain Kepala Badan Lingkungan Hidup Badung I Wayan Suteja.

Selain itu juga dihadiri Ketua Tim Penggerak PKK Ny Ratna Gde Agung

"Pemerintah memberi perhatian besar terhadap upaya pelestarian alam dan pantai serta lingkungan sekitar," kata Swandika didampingi Kabag Humas dan Protokol I Wayan Weda Dharmaja, Camat Mengwi IB. Oka Dirga.

Turut hadir dalam cara pelepasan anak penyu itu, pejabat instansi terkait, anak-anak SDN 3 Cemagi dan SMAN 2 Mengwi yang peduli lingkungan.

Swandika menambahkan bentuk perhatian itu dibuktikan dengan berbagai kegiatan seperti penataan dan bersih-bersih pantai. Selain itu kata dia, Pemkab Badung juga secara rutin melakukan aksi penghijauan dengan penanaman pohon, pembuatan senderan untuk mengurangi abrasi pantai.

"Kelestarian pantai sangat penting dan perlu disucikan karena sebagai tempat melakukan upacara agama," katanya.

Swandika mengatakan, terkait dengan pelepasan tukik ini yang merupakan hasil tangkaran dari Pokmaswas Kerta Yasa Baruna, pemerintah mendukung karena tukik merupakan satwa yang harus dilestarikan dan dilindungi undang-undang.

"Selain itu tukik dapat digunakan sebagai sarana dan prasarana upakara. Kedepan kegiatan seperti ini perlu ditingkatkan dan berkesinambungan serta dapat ditiru oleh kelompok-kelompok nelayan lainnya," katanya.

Sementara iti, Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Lingkungan Kerta Yasa Baruna I Made Rinada, menjelaskan, tukik tersebut merupakan hasil penangkaran Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Kerta Yasa Baruna Desa Cemagi.

"Kami melepas 150 ekor dengan waktu penetasan selama 60 hari dengan tingkat penetasan hingga 80 persen," katanya.

Untuk mencapai tingkat penetasan 100 persen, menurut dia diperlukan sarana dan prasarana pendukung, namun proses penetasannya saat ini masih tradisional.

Sementara itu, telor yang ditangkar diperoleh dari petani dan nelayan yang dibeli kelompok seharga Rp 2 ribu per butir. (ANT-166/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010