Ambon (ANTARA News) - Penyanyi kawakan Indonesia Syaharani berkeinginan mempelajari kesenian dan kebudayaan Maluku, khususnya hubungan pela-gandong (hubungan kekerabatan antar satu atau dua desa yang berbeda agama) yang menurutnya sangat unik.
"Saya ingin sekali mempelajari kebudayaan Maluku, terutama antar umat beragama seperti hubungan pela dan gandong karena sangat unik," katanya kepada ANTARA usai tampil dalam konser Ambon Jazz Plus Festival (AJPF) 2010 di Ambon, Jumat malam.
Dia menyatakan akan menghabiskan banyak waktu di daerah tersebut karena untuk belajar tidak cukup beberapa hari dan ini dilakukan demi mempelajari seni dan budaya Maluku.
"Sementara ini Syaharani and The Queenfireworks (SQF) masih memiliki jadwal tampil di beberapa festival. Nantinya setelah itu saya akan kembali lagi ke sini," katanya.
Dia mengungkapkan, sekitar akhir Oktober 2010 atau awal Desember 2010, dirinya akan menghabiskan liburannya dengan mendaki beberapa Gunung di Pulau Ambon.
"Sebenarnya banyak tempat di Ambon yang ingin saya kunjungi seperti situs-situs selam di sini. Tapi kalau menyelam butuh banyak waktu, makanya saya akan mendaki gunung saja," katanya.
Wanita dengan vokal yang khas itu mengatakan, dirinya pernah tampil di Kota Ambon dalam konser bersama Krisdayanti pada 1997, tetapi tidak sempat mengunjungi tempat wisata di daerah itu.
Untuk itu dalam kunjungannya kali ini, dia akan menyempatkan diri singgah di Pantai Natsepa, desa Suli, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah yang terkenal dengan rujaknya.
"Besok saya ingin ke Pantai Natsepa, ingin menikmati rujaknya. Selain itu juga mau ke Rumah Kopi Sibu-Sibu dan jalan-jalan ke beberapa tempat lainnya," katanya.
Dia menyatakan sudah meminta kepada panitia AJPF agar SQF bisa tampil dalam kegiatan yang sama pada 2011, apalagi warga Ambon yang menyaksikan konser ini terlihat cukup antusias.
"Mungkin tahun depan kami bisa hadir dan membuat aransemen yang nantinya bisa dikolaborasikan dengan paduan suara di sini (Ambon)," demikian Syaharani (IVA*ANT-183/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010