Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mengunjungi lokasi bencana banjir bandang di Kecamatan Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, guna mengetahui jika musibah tersebut disebabkan oleh pembalakan liar dari hutan-hutan sekitar.

"Minggu depan saya akan melihat langsung apakah ada kaitan dengan kerusakan lingkungan kalau pun itu ada," kata Presiden dalam konferensi pers di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

Presiden berencana mengunjungi Wasior pada Minggu 10 Oktober 2010 sampai Senin 11 Oktober 2010.

Sebelum menggelar konferensi pers, Presiden mendengarkan laporan dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif yang baru saja kembali dari Wasior.

Syamsul melaporkan kepada Presiden bahwa bencana banjir bandang itu murni disebabkan oleh alam karena kecuraman kemiringan tanah mencapai 60 derajat tidak mampu menapung air hujan yang terus menerus turun selama sepekan sebelum terjadinya musibah.

Syamsul menelusuri kawasan pinggiran sungai menggunakan helikopter meski tidak mencapai puncak karena terhalang awan dan menemukan tidak ada pembabatan hutan di sekitar lokasi bencana.

Menurut Syamsul, batang-batang pohon yang menimpa rumah-rumah warga masih dalam keadaan utuh yang tercabut dari akarnya sehingga disimpulkan tidak terjadi pembalakan liar.

Namun, Presiden Yudhoyono tetap ingin melihat sendiri kondisi bencana untuk mengetahui keadaan sesungguhnya.

"Setelah saya lihat sendiri dibantu para pakar untuk menganalisis penyebab bencana bisa dikatakan apakah curah hujan luar biasa yang melewati sungai-sungai kering mengalirkan air dan lumpur menimbulkan banjir bandang atau ada kaitannya dengan situasi hutan sekitar itu yang katanya ada pembalakan liar," tutur Presiden.

Dalam kunjungannya, Presiden juga sekaligus akan meninjau lokasi bencana guna memikirkan masa depan Kecamatan Wasior apakah masih aman dihuni oleh warga secara geografis.

Namun keputusan relokasi kecamatan itu baru akan dilakukan setelah mendengarkan masukan pejabat daerah setempat beserta para pakar geologi.

Presiden telah memerintahkan BNPB untuk mendahulukan evakuasi korban yang selamat selama masa tanggap darurat serta memastikan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan mereka yang dirawat di rumah sakit dan yang berada di tempat-tempat pengungsian.

Kepala Negara juga meminta agar dikerahkan kapal-kapal TNI AL guna membawa logistik berupa makanan, obat-obatan, termasuk bahan material yang tidak mudah didapatkan di Papua Barat untuk tahap pertama rehabilitasi dan rekonstruksi.

Saat ini, menurut Presiden, telah dikerahkan lima KRI termasuk yang berangkat dari Surabaya guna mengangkut bahan-bahan logistik.

BNPB telah melaporkan kepada Presiden bahwa jumlah korban tewas telah mencapai 101 orang.

"Meskipun ini dari segi korban di bawah Aceh, Sumatera Barat, ataupun Yogya, tetapi tetap musibah," ujarnya.

Presiden menyatakan sistem telah bekerja untuk memastikan tanggap darurat berjalan baik dan setelah meninjau langsung lokasi bencana akan diputuskan rencana ke depan dengan mendengarkan rekomendasi dari pejabat daerah setempat.

Sementara itu Syamsul Maarif mengatakan kesulitan utama di lokasi bencana adalah kekurangan air bersih karena sumur-sumur yang ada tercemar oleh tanah.

Menurut dia, jumlah pengungsi saat ini sekitar 3.000 orang dengan konsentrasi berada di Nabire sebanyak 1.955 orang, di Manokwari sebanyak 890 orang, dan sisanya di wilayah Teluk Wondama.
(D013/R010)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010