Pasir Pengaraian, Riau (ANTARA News) - Sejumlah penghuni Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Provinsi Riau melakukan budidaya pohon apel dalam pot, dengan tujuan untuk menambah keterampilan mereka.

"Untuk menambah keterampilan bagi para penghuni lapas ini, maka kita berikan pengetahuan tentang holtikultura, termasuk budidaya apel Manalagi yang berasal dari Kota Malang", kata Kepala Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas II B Pasir Pengaraian, Tommy Kahar kepada ANTARA, Kamis.

Dia mengatakan, budidaya Apel Manalagi di Lapas itu dilakukan sejak 10 bulan lalu dengan program serta dana swadaya dari Lapas sendiri. Ia mengatakan dengan kerterbatasan dana yang dimiliki, menyebabkan belum mampu membudidayakan pohon apel dengan jumlah yang banyak.

"Awalnya bibit apel dibeli dari Kota Malang, kemudian kata ajari mereka cara menanam apel, cara memperbanyak bibit, cara perawatannya hingga bisa mengahasilkan buah," ujarnya.

Kata dia, untuk memelihara pohon apel hingga tumbuh besar dan berbuiah dibutuhkan waktu sekitar 10 bulan. Ia mengaku awalnya pihaknya memiliki 25 pohon apel dalam pot, namun 15 diantaranya sudah dibeli keluarga para penghuni lapas saat berkunjung.

"Sekarang masih ada pohon apel itu sekitar 10 pohon lagi, dan delapan diantaranya sudah menjadi pesanan orang, sehingga hanya tersisa dua batang lagi yang belum menjadi milik orang," kata Tommy.

Ia mengaku, harga jual pohon apel itu cukup tinggi, sebab satu batang pohon apel dalam pot yang sudah berumur 10 bulan mencapai Rp2,5 juta. Sedangkan bibit setinggi 20 hingga 40 centimeter (cm) dihargai Rp100 ribu dan semua bibit itu sudah laku terjual.

Perawatan pohon apel itu, kata dia pada umumnya memakai pupuk organik yang diolah secara mandiri dengan bahan alami yang dipadu dengan pupuk kimia.

"Jika semua pupuk harus beli, maka harus memiliki modal yang besar, sementara kita dalam melakukan peningkatan keterampilan hanya menggunakan dana swadaya," ujarnya. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010