Washington (ANTARA News/AFP) - Pemimpin Taliban Mullah Mohamad Omar telah, untuk pertama kali, mendukung pembicaraan tingkat tinggi rahasia dengan pemerintah Afghanistan guna merundingkan akhir perang sembilan tahun di negara itu, menurut Washington Post.
"Mereka sangat, sangat serius perihal menemukan jalan keluar," kata satu sumber yang dekat dengan pembicaraan itu pada Post, Rabu, yang merujuk pada Taliban.
Post mengutip sumber Afghanistan dan Arab yang tak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa pembicaraan itu diyakini akan melibatkan para wakil yang diberi kuasa oleh Shura Quetta, kelompok Taliban Afghanistan yang bermarkas di Pakistan, dan Omar.
Omar, pemimpin Taliban Afghanistan bermata satu yang dipercaya bersembunyi di Pakistan, dan tokoh penting Taliban lainnya bersikeras selama beberapa tahun bahwa para petempur asing pertama-tama mesti meninggalkan Afghanistan sebelum pembicaraan perdamaian dapat dimulai.
Tapi satu sumber yang dekat dengan pembicaraan itu mengatakan pada Post bahwa para pemimpin tersebut tahu "bahwa mereka akan dikesampingkan", dan pembicaraan dengan pemerintah Presiden Hamid Karzai akan menjamin posisi mereka dilindungi.
Mereka tahu bahwa elemen-elemen yang lebih radikal akan dipromosikam dalam jajaran mereka dan maju di luar kendali mereka, kata sumber itu.
"Hal itu semua membuat mereka benar-benar yakin bahwa, bagaimanapun (keberhasilan mereka dalam) perang, mereka tidak dalam posisi menang."
Laporan itu tiba setelah pertemuan yang diadakan oleh Arab Saudi berakhir tanpa berhasil tahun lalu.
Pembicaraan baru itu akan melibatkan perjanjian untuk memungkinkan posisi para pemimpin Taliban dalam pemerintah Afghanistan serta penarikan pasukan AS dan NATO menurut jadwal waktu yang disetujui, kata surat kabar tersebut.
AS dan NATO memiliki 150.000 tentara di Afghanistan yang bermaksud untuk mengakhiri perlawanan gerilyawan yang dimulai segera setelah rezim Taliban digulingkan dalam serangan pimpinan AS pada akhir 2001. (S008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010