Washington (ANTARA /AFP) - Ekonomi Jepang akan tumbuh 2,8 persen tahun ini, tetapi kemudian akan melambat, di bawah tekanan dari yen yang kuat dan dampak dari kesengsaraan ekonomi Amerika Serikat pada sektor ekspor utama, IMF mengatakan pada Rabu.
Dana Moneter Internasional merevisi perkiraan untuk pertumbuhan Jepang naik dari 2,4 persen pada Juli, tetapi memperingatkan bahwa ini akan turun menjadi 1,5 persen pada 2011, merevisi turun perkiraan sebelumnya sebesar 1,8 persen pada permintaan domestik yang lemah.
"Sebuah pemulihan ekspor sejak kuartal kedua tahun 2009 diperkuat di awal 2010, berkat pemulihan kuat dari yang diantisipasi di ekonomi-ekonomi maju Barat dan meningkatnya permintaan untuk barang modal dari China," IMF mengatakan dalam laporan dua kali setahun "World Economic Outlook".
"Namun, apresiasi sporadis dari yen (misalnya, pada Mei 2010, ketika volatilitas keuangan di Eropa dipicu arus masuk safe haven) dan baru-baru ini pendinginan ekonomi AS akan terus mempengaruhi ekspor," katanya.
"Prospek ekonomi Jepang masih lemah, mengingat tidak bersemangatnya permintaan domestik dan kurangnya ruang fiskal untuk lebih meningkatkan perekonomian."
Bank of Japan pada Selasa mengadopsi kebijakan suku bunga dekat nol dan memompakan uang baru tetapi analis mempertanyakan apakah tindakan itu akan benar-benar memiliki dampak terhadap perekonomian lesu.
Setelah melihat kontraksi ekonomi 5,2 persen pada 2009 sebagai akibat dari krisis keuangan global, rebound Jepang telah didorong oleh ekspor, terutama ke emerging markets.
Tapi yen yang kuat telah merugikan eksportir Jepang, membuat barang-barang mereka lebih mahal dan mengikis keuntungan di luar negeri saat dipulangkan. Ekspor meluas pada laju terlambat mereka tahun ini pada Agustus tahun ini di tengah pengencangan ikat pinggang di luar negeri.
Jepang melangkah ke dalam pasar uang pada September untuk pertama kalinya sejak 2004 dalam upaya untuk membendung kekuatan yen setelah mencapai tertinggi 15 tahun terhadap dolar, dan telah berulang kali memperingatkan siap untuk melakukannya lagi.
Mata uang domestik yang kuat juga membuat impor lebih murah, membantu memperpanjang sebuah deflasi yang merusak siklus di mana konsumen menunda pembelian dengan harapan harga turun lebih lanjut, mengaburkan investasi perusahaan di masa depan.
Harga konsumen inti turun 1,0 persen pada Agustus, penurunan ke-10 bulan berturut-turut.
IMF mengatakan pihaknya memperkirakan deflasi berlanjutn, dengan turunnya harga 1,0 persen pada 2010 dan 0,3 persen pada 2011.
Pertumbuhan juga akan ditekan oleh pasar pekerjaan yang lemah dengan tingkat pengangguran hampir tak bergerak dari 5,1 persen tahun ini menjadi 5,0 persen pada 2011, dan karenai dampak dari langkah stimulus memudar, IMF mengatakan.
Tahun-tahun pengeluaran stimulus pemerintah dan upaya meompakan dana baru untuk mengatasi resesi telah memberikan Jepang, negara industri terbesar dunia, utang publik hampir 200 persen dari PDB.
Sedangkan sekitar 95 persen dari utang itu diadakan di dalam negeri, membuat gangguan jangka pendek "tidak mungkin", IMF memperingatkan bahwa "faktor ini mendukung pasar obligasi Jepang yang diharapkan secara bertahap terkikis" sebagai populasi beruban menurun.
Ia menambahkan bahwa "bank semakin besar kepemilikan obligasi pemerintahnya dan meningkatkan risiko tingkat bunga yang timbul dari perluasan mereka ke tanggal jatuh tempo membuat sebuah risiko potensial terhadap stabilitas keuangan jika tiba-tiba ada kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah."
(Uu.SYS/A/A026/C/A026) 07-10-2010 01:53:28
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010