Seoul (ANTARA News) - Program nuklir Korea Utara telah mencapai "tahap sangat mengkhawatirkan" dan dapat menyebabkan kerusakan di Korea Selatan bahkan jika Pyongyang mengembangkan senjata bergerak yang paling kecil sekalipun, menurut seorang penasehat senior kepresidenan, Seoul.

"Ancaman nuklir Korea Utara telah berkembang dengan pesat dan mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan, sementara program nuklir terus berkembang bahkan sekarang," menurut harian JoongAng Ilbo mengutip Kim Tae-Hyo saat berpidato dalam sebuah forum, Selasa.

Kim, wakil penasehat keamanan nasional presiden, membenarkan komentarnya itu kepada AFP, Rabu.

Penasehat itu mengatakan bahwa Pyongyang diyakini mengoperasikan semua program nuklirnya, termasuk reaktor nuklir Yongbyon yang memproduksi senjata-kelas plutonium, dan proyek terpisah uranium yang sangat diperkaya untuk membuat bom.

"Jika hulu ledak nuklir dibuat kompak dan disebarkan ke lapangan, mereka bisa menimbulkan kekacauan di Korea Selatan tidak peduli berapapun tingkat ketepatan mereka," kutip JoongAng.

Korea Utara menutup Yongbyon pada tahun 2007 berdasarkan kesepakatan perlucutan senjata enam pihak, tapi keluar dari perjanjian itu pada April 2009 dan mengumumkan akan memulai kembali operasi di komplek tersebut.

Pada September 2009 Pyongyang mengatakan percobaannya dengan pengayaan uranium telah mencapai tahap akhir.

Menteri Pertahanan Korea Selatan mengatakan pekan ini bahwa Korea Utara memulihkan fasilitas negaranya di Yongbyon.

Dia berbicara setelah sebuah lembaga riset swasta AS, mengutip foto satelit, mengatakan jika konstruksi baru atau penggalian sedang dilakukan.

Penasehat Presiden Kim Tae-Hyo juga memperingatkan potensi bahaya dari proses suksesi kepemimpinan yang telah dimulai di Korea Utara.

Kim Jong-Un, putra bungsu pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il, telah ditunjuk sebagai seorang jenderal bintang empat dan diberi posisi kuat di partai.

Pemimpin muda yang belum teruji mungkin "tergoda untuk memulai provokasi atau langkah berani lainnya" untuk menunjukkan kehadirannya ke dunia selama alih kekuasaan, kata penasehat itu memperingatkan.

"Penting untuk membuat dia menyadari bahwa membuat pilihan tersebut akan menempatkan hubungan antar-Korea dalam bahaya signifikan yang tidak dapat diperbaiki".

Cadangan plutonium Korea Utara saat ini diperkirakan cukup untuk membuat enam sampai delapan bom. Korea Utara menguji senjata atomnya pada Oktober 2006 dan Mei 2009.

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Pak Kil-Yon berkata kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan lalu bahwa negaranya harus memperkuat penangkis nuklirnya dalam upaya menghadapi apa yang disebutnya sebagai ancaman dari Amerika Serikat.

Korea Utara telah menyatakan kesediaannya secara prinsip untuk kembali ke perundingan enam-pihak, forum dipimpin oleh sekutunya, China.

Namun Pyongyang mengatakan ingin melakukan sebuah perundingan terpisah dengan Amerika Serikat tentang penandatanganan perjanjian damai permanen di semenanjung itu.

Korea Selatan dan Amerika Serikat, yang menuduh Utara terlibat dalam sebuah serangan mematikan pada sebuah kapal perang Korea Selatan Maret lalu, telah menjawab dengan hati-hati. Jepang dan Rusia juga merupakan anggota forum itu.
(G003/B002)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010