Jakarta (ANTARA News) - Pembatalan kunjungan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Belanda terus mengundang pro kontra di kalangan elit. Ada yang berpendapat tepat karena menyangkut harga diri bangsa. Ada juga yang berpendapat sebaliknya SBY dinilai tidak tegas dan penakut. Bagaimana sesungguhnya suara mayoritas publik Indonesia menanggapi hal ini?
Pengamat politik dari Indobarometer yang sering melakukan berbagai survei nasional, M Qodari di Jakarta, Rabu, mengatakan, pembatalan kunjungan Presiden SBY kemungkinan didukung mayoritas publik Indonesia.
Kendati, untuk pastinya tentu harus dilakukan survei nasional. "Untuk dapat data yang pasti memang harus survei nasional, tapi, saya menduga mayoritas publik mendukung sikap SBY tersebut, terutama karena alasan harga diri bangsa," ujar Qodari.
Menurut dia, alasan harga diri bangsa yang dipilih SBY lebih dapat diterima akal sehat mayoritas rakyat Indonesia. Alasan tersebut dinilai tepat karena isu harga diri bangsa itu memiliki magnet yang kuat dalam menggugah sentimen nasionalisme bangsa.
"Kalau alasannya bukan soal harga diri bangsa, bisa jadi publik akan menilai lain. Isu harga diri bangsa itu kan menyangkut semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Dalam catatan saya dari berbagai hasil survei, bangsa Indonesia itu memiliki sentimen nasionalisme yang cukup tinggi," katanya.
Qodari memberikan contoh, reaksi publik yang begitu keras terhadap sikap arogan Malaysia baik dalam kasus Ambalat maupun dalam kasus yang terjadi belum lama ini seperti penangkapan pejabat DKP Indonesia oleh polisi Malaysia. Beberapa elemen bangsa ini banyak yang langsung menggalang relawan untuk berperang.
Apalagi, lanjut Qodari, dalam kasus Belanda bangsa Indonesia memiliki memori negatif yang belum hilang sampai sekarang sebagai bangsa bekas penjajah selama ratusan tahun. Begitu juga memori negatif terhadap Republik Maluku Selatan (RMS) yang dinilainya sebagai kelompok separatis yang merusak keutuhan negara dan bangsa.
Sehingga, dengan memilih alasan harga diri bangsa tadi, mayoritas rakyat Indonesia diduga akan mendukung. Sebab, bagaimana pun, jika Presiden SBY diperlakukan tidak hormat, apalagi dilecehkan di Belanda, maka otomatis sentimen nasionalisme bangsa Indonesia terusik, demikian M Qodari.(*)
(ANT/R009)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010