Solo (ANTARA) - Kota Solo mengalami lonjakan angka kasus COVID-19 menyusul masih tingginya tingkat paparannya di daerah tersebut.

Berdasarkan data dari Satgas Penanganan COVID-19 Kota Surakarta di Solo, Kamis, terjadi penambahan 544 kasus yang artinya paling tinggi selama terjadinya pandemi COVID-19.

Dengan penambahan tersebut, jumlah kumulatif kasus COVID-19 di Kota Solo hingga saat ini sebanyak 18.978 kasus dengan rincian 14.349 di antaranya sembuh, 3.598 orang menjalani isolasi mandiri, 283 orang menjalani perawatan di rumah sakit, dan 748 di antaranya meninggal dunia.

Terkait dengan lonjakan tersebut, Ketua Pelaksana Harian Satgas Penanganan COVID-19 Kota Surakarta Ahyani mengatakan kenaikan merupakan dampak dari masifnya upaya 3T, yakni tracing atau penelusuran, testing atau pengetesan, dan treatment atau perawatan.

Baca juga: Solo masih alami krisis oksigen untuk penanganan pasien COVID-19

Baca juga: Hotel Ibis Solo layani isolasi mandiri pasien COVID-19 tanpa gejala

"Ya, enggak apa-apa, dikuatkan penelusurannya agar diketahui lebih dini yang sakit mana supaya bisa dikelola, biar tidak menulari yang lain," katanya.

Selain itu, dikatakannya, sebagai bagian dari perawatan, penderita COVID-19 harus segera ditindaklanjuti dengan pemisahan dengan yang lain agar tidak menular ke mana-mana.

"Jangan sampai justru menciptakan fenomena gunung es, ketika ditelusuri tidak ada yang positif tetapi nyatanya kita lihat banyak, jangan sampai banyak yang terpapar dan akhirnya parah, kita jadi terlambat menangani," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta Siti Wahyuningsih mengatakan dari penambahan kasus positif yang akhir-akhir terjadi, dua pertiga di antaranya berasal dari tes usap antigen.

"Jadi artinya antigen mempunyai daya ungkit yang sangat besar untuk deteksi lebih awal terhadap penanganan COVID-19, karena antigen ini bisa dilakukan oleh petugas puskesmas dan alatnya juga ada, jumlahnya cukup," katanya.

Ia mengatakan petugas puskesmas yang menangani pasien dengan kecenderungan gejala COVID-19 akan langsung melakukan tes antigen. Dengan demikian, kondisi tersebut berdampak pada kenaikan jumlah kasus.

"Selain itu juga dari mandiri, baik PCR (tes usap) maupun antigen mandiri, ini banyak banget. Kalau kita hanya pakai PCR mungkin tambahan kasus dalam sehari tidak ada seratus. Jadi antigen ini sudah jadi penegakan diagnosa, sesuai standar WHO antigen ini sebagai alat untuk diagnosa," katanya.*

Baca juga: Jumlah pemakaman dengan protokol COVID-19 di Solo terus meningkat

Baca juga: Tingkat keterisian RS untuk pasien COVID-19 di Solo meningkat

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021