"Akibat anomali cuaca saat ini sebanyak 221 lumbung pangan di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak bisa berjalan optimal dalam menjalankan kegiatan dalam pengadaan pangan, sehingga dikhawatirkan mengancam krisis pangan di desa rawan pangan," kata Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY Barudin, Selasa.
Menurut dia, seharusnya satu lumbung pangan bisa menampung hingga 75 ton beras, namun kenyataannya saat ini hanya mampu memenuhi rata-rata 70 persennya saja.
"Kami sedang menelusuri kembali seluruh lumbung pangan di tingkat pedesaan, dengan maksud untuk mendata kembali sekiranya lumbung pangan mana yang perlu mendapat perhatian," katanya.
Ia mengatakan, pada dua tahun terakhir ini pihaknya juga sudah menambah jumlah lumbung pangan di sejumlah desa di empat kabupaten di DIY.
"Pada 2009 kami menambah 16 lumbung pangan dan pada 2010 menambah 12 lumbung pangan," katanya.
Barudin mengatakan, untuk 2010 ini, lumbung pangan baru dibangun di Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 10 lumbung pangan, Kabupaten Bantul satu unit lumbung pangan dan di Kabupaten Kulon Progo satu unit lumbung pangan.
"Satu unit lumbung pangan di Kabupaten Gunung Kidul menghabiskan biaya Rp36 juta, di Bantul Rp97 juta dan di Kabupaten Kulon Progo menghabiskan Rp95 juta," katanya.
Ia mengatakan, setiap lumbung pangan yang baru dibangun pada 2009 dan 2010 masih di bawah pengawasan pemerintah dan tahun ini, lumbung pangan tersebut mendapatkan bantuan dana Rp20 juta per lumbung pangan.
"Dana itu diharapkan bisa dipakai untuk membeli bahan pangan apapun untuk mengantisipasi krisis pangan," katanya.
Kepala Bidang Distribusi Pangan, BKKP DIY Hardiyanto mengatakan, masalah cadangan pangan di DIY selain dari lumbung pangan juga ada cadangan pangan dari daerah sentra produksi pangan.
"Di DIY saat ini setidaknya ada 29 desa produksi pangan yang diharapkan mampu mencukupi ketersediaan pangan dengan cadangan beras sebanyak 101 ton," katanya.(*)
(U.V001/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010