Mamuju, 5/10 (ANTARA) - Pengamat matematika di Mamuju, Sulawesi Barat memprotes China yang memasarkan kalkulator dalam jumlah banyak ke Indonesia sehingga produk tersebut membuat bangsa ini mengalami ketergantungan dari segi pengetahuan matematika.
"Kalkulator itu sesungguhnya tidak digunakan oleh negara China untuk pengetahuan atau belajar pada berbagai tingkatan sekolah di negara itu, khususnya untuk mata pelajaran Matematika," kata pengamat matematika, Jasman Rasyid di Mamuju, Selasa.
Ia mengatakan, seluruh tingkatan pendidikan di China mulai dari SD, SMP dan SMA tidak menggunakan kalkulator untuk belajar tetapi menggunakan sistem sempoa atau alat belajar matematika dengan menggunakan mental aritmatika yang sama cepatnya dengan kalkulator.
"Alat sempoa merupakan alat yang mengajarkan teknik berhitung yang jauh lebih murah dari kalkulator, Sempoa teknik berhitung warisan lama yang lebih cepat dan tepat," kata Jasman, yang juga Direktur Yayasan Sempoa Pratama Indonesia.
Namun, lanjutnya, di tengah gencarnya negara Tirai Bambu itu belajar matematika secara alami, di sisi lain justru gencar pula memasarkan produk ekonominya seperti kalkulator untuk digunakan bangsa Indonesia sehingga pihaknya memprotes negara China itu karena membuat negara ini ketergantungan produk ekonominya yang juga dinilai tidak efektif meningkatkan pengetahuan Matemarika.
"Bangsa ini akhirnya mengalami ketergantungan dengan kalkulator dalam belajar matematika, parahnya lagi kalkulator digunakan dalam belajar mulai dari SD, SMP dan SMU, yang dinilai tidak efektif dan lamban dalam meningkatkan pengetahuan Matematika," kata Dosen beberapa perguruan tinggi di Makassar seperti Amik Makassar, Asmi Publik Makassar, STIE YPUP Makassar dan Akademi Pariwisata Makassar ini.
Menurut pendiri STIK Tamalatea Makassar ini, apa yang dilakukan China dengan gencar memasarkan produk kalkulatornya adalah sebuah pembodohan, karena anak peserta didik negara ini tidak akan memiliki pengetahuan alami tentang matematika.
"Pemerintah harus menyadari itu dan harus melakukan perubahan tentang model pembelajaran matematika di sekolah dengan mencegah penggunaan kalkulator karena efeknya sangat besar, selain masyarakat tidak memahami matematika secara alami tetapi mengandalkan produk teknologi, bangsa ini juga akan mengalami ketergantungan dari segi ekonomi karena produk China terus terjual," katanya.
Ia meminta pemerintah segera menyusun metode pendidikan dengan mengandalkan pembelajaran Matematika seperti yang dilakukan China karena efektif.
"Pengamat Matematika daerah ini telah mengembangkan cara belajar dengan tehnik yang sama dengan Sempoa yakni mental Aritmatika karena cepat dan tepat dengan membentuk memori tentang cara berhitung serta menambah konsentrasi tinggi dan maksimal dalam belajar matematika tanpa alat seperti kalkulator," katanya. (MFH/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010