Pandemi ini penyakit yang sangat luar biasa. Tantangan kami jadi lebih ekstra dalam waktu, tenaga, pikiran dan keuangan

Jakarta (ANTARA) - Sejumlah aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) mengungkapkan mereka menghadapi tantangan baru dalam menyosialisasikan pelindungan anak saat pandemi COVID-19.

“Pandemi ini penyakit yang sangat luar biasa. Tantangan kami jadi lebih ekstra dalam waktu, tenaga, pikiran dan keuangan,” kata aktivis PATBM Manokwari Willy dalam webinar Peluncuran Panduan PATBM Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Pandemi COVID-19 secara daring di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, salah satu tantangan baru yang harus dihadapi adalah ketika orang tua dari seorang anak terpapar COVID-19. Akibatnya, waktu dan kesempatan anak untuk bertemu orang tua menjadi sangat memprihatinkan.

Willy mengatakan menangani anak-anak tidak seperti orang dewasa. Anak-anak rentan saat bertemu orang-orang baru, sehingga para aktivis harus mendampingi dengan pendekatan yang bisa diterima oleh anak tersebut.

Baca juga: KemenPPPA dan WVI luncurkan panduan PATBM jilid dua pandemi COVID-19
Baca juga: KPPPA berharap pegiat PATBM cepat jangkau kasus anak


Aktivis PATBM Kabupaten Bengkayang Magdalena Sima mengatakan masalah lain yang harus dihadapi adalah sulitnya mengumpulkan orang untuk melakukan kegiatan sosialisasi.

“Kalau kami di desa, saat ini tantangannya sulit untuk mengumpulkan orang banyak. Sedangkan kami ingin melakukan sosialisasi guna mencegah terjadinya hal-hal tentang perlindungan anak di masa pandemi dan juga menghindari terpapar dari pandemi,” ujar dia.

Menurut dia, karena orang yang bisa diundang hanya sedikit, sosialisasi untuk memberikan informasi tersebut menjadi tidak efektif. Selain itu, permasalahan waktu untuk berkumpul menjadi masalah selanjutnya.

“Waktunya sangat singkat, jadi hanya jam tujuh sampai sembilan malam. Itulah tantangan kami. Semoga pandemi ini berakhir jadi kami bisa mengumpulkan banyak orang untuk membantu kami,” ujar Magdalena.

Sementara itu, Kepala Unit Perlindungan Anak Wahana Visi Indonesia (WVI) Emmy Lucy Smith mengatakan hal yang paling dibutuhkan oleh aktivis PATBM bukan hanya anggaran tapi juga pengakuan.

“Saya sempat ikut 'ngobrol' dengan aktivis. Mereka membutuhkan pengakuan dan penghargaan bukan dalam bentuk uang. Mereka tahu mereka suka menjadi relawan dan tidak mendapat bayaran. Namun mereka mengharapkan cepatnya mendapat bantuan, jangan hanya 'didiemin',” kata Emmy.

Baca juga: KPPPA berdayakan PATBM di 4 provinsi cegah paham radikal
Baca juga: Kemen PPPA: PATBM desa berperan penting lindungi anak disabilitas

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2021