Bandarlampung (ANTARA News) - Penyelenggaraan Indonesia Aquaculture 2010 pada 4-6 Oktober diharapkan memacu peningkatan produksi ikan budidaya dalam mewujudkan visi agar Indonesia dapat menjadi negara penghasil ikan terbesar di dunia pada 2015.
"Indonesia Aquaculture diharapkan bisa menyamakan persepsi insan perikanan dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai produsen ikan terbesar di dunia pada 2015," kata Dirjen Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Martani Huseini, dalam pembukaan Indonesian Aquaculture di Bandarlampung, Senin.
Menurut dia, perikanan budidaya yang menjadi objek dalam Indo-Aquaculture itu merupakan kontributor utama peningkatan produksi perikanan nasional.
Apalagi, KKP telah menargetkan produksi perikanan budidaya ditargetkan meningkat hingga sebesar 353 persen selama periode tahun 2010 hingga 2014.
Peningkatan itu menandakan bahwa produksi perikanan budidaya harus meningkat dari 5,26 juta ton pada 2010 menjadi 16,89 juta ton pada 2014.
Untuk itu, ujar Martani, adalah penting untuk berperan aktif dalam melaksanakan pengelolaan bidang perikanan dan kelautan yang sinergis dan berkelanjutan."Tidak hanya harus mengubah cara kerja, tetapi kita harus melakukannnya dengan cepat," katanya.
Untuk itulah, KKP juga telah merencanakan gerakan "revolusi biru" (blue revolution) untuk mengubah cara pandang dan cara kerja produksi ikan dalam negeri secara revolusioner.
Sementara itu, Dirjen Perikanan Budidaya KKP Made L Nurdjana mengemukakan, agar target 353 persen pada 2014 itu bisa tercapai adalah dengan melakukan ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi, dan revitalisasi.
Penyelenggaraan eksibisi Indo-Aquaculture merupakan kegiatan tahunan Ditjen Perikanan Budidaya KKP sejak 2006.
Pada Indo-Aquaculture 2010 kali ini juga akan digelar seminar "Shrimps Farmer`s Day" (Hari Petambak Udang) pada 5 Oktober yang dihadiri oleh para pakar penyakit perikanan dari luar negeri.
Para pakar luar negeri itu antara lain Dr Fernando Garcia (Brazil) yang akan membahas budidaya udang tambak dan kontrol virus IMNV, Dr John Humphrey (Australia) tentang virus VNN dan Iridovirus, dan Prof Hans Peter Saluz (Jerman) tentang molekuler virus untuk udang.
Selain itu, dalam Indo-Aquaculture juga akan terdapat pameran yang diikuti sebanyak 102 peserta yang terdiri antara lain dari sejumlah dinas dan balai penelitian dari berbagai provinsi di Tanah Air.
Tingkatkan budidaya
Berbagai peserta itu rata-rata menunjukkan berbagai program yang digunakan untuk meningkatkan tingkat produksi budidaya perikanan di Indonesia.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur misalnya, mengembangkan 500.000 karamba (kolam gantung di kawasan perairan lepas) sampai tahun 2014.
Pelaksanaan program itu antara lain bertujuan untuk memanfaatkan potensi perairan umum di 14 Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur, meningkatkan produksi perikanan 21 persen per tahun, dan meningkatkan ekspor perikanan enam persen per tahun.
Kaltim sendiri dikenal memiliki sungai dan danau potensial untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar seperti di Sungai Mahakam, Sungai Kandilo, dan Sungai Kayan, dengan komoditas yang dikembangkan antara lain Ikan Nila, Mas, dan Patin.
Sementara Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat mengembangkan budidaya ikan tengadak (barbonymus schwanenfeldii) sebagai ikan konsumsi spesifik lokal asal daerah tersebut.
Sedangkan Balai Budidaya Laut Batam memperkenalkan teknik produksi alga pasta fitoplankton jenis nannochloropsis sp.
Teknik produksi itu dikembangkan karena fitoplankton merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pemeliharaan larva di unit pembenihan sehingga ketersediaannya harus dalam jumlah yang cukup, berkesinambungan, dan tepat waktu.
Sejumlah kendala yang dihadapi dalam budidaya Nannochloropsis secara massal antara lain adalah kondisi cuaca yang buruk seperti musim hujan dan kemarau berkepanjangan yang mengakibatkan kualitas perairan berfluktuatif.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi berupaya mengenalkan maggot sebagai pakan alternatif sebagai bahan pengganti tepung ikan.
Penggunaan pakan alternatif maggot (larva serangga bunga dari spesies Hermelia ilucen) itu layak digunakan seiring dengan meningkatnya harga pakan ikan komersial akibat tingginya harga tepung ikan yang membuat biaya produksi ikan meningkat 60 - 80 persen.
Maggot juga dikenal memiliki nilai gizi yang baik dengaqn tingkat protein sebesar 40 - 45 persen, serta mudah dibudidayakan secara massal.
Hasil penelitian yang dilakukan juga telah membuktikan bahwa maggot dapat diproduksi secara massal dengan menggunakan bungkit dari tanaman kelapa sawit.
Sementara Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku mencoba mengangkat rumput laut sebagai komoditas unggulan dalam pengentasan kemiskinan di provinsi tersebut.
Hal tersebut karena program budidaya rumput laut juga memberdayakan masyarakat dengan jumlah penyerapan tenaga kerja hingga tahun 2009 adalah 5.475 orang pembudidaya atau sebanyak 689 kelompok pembudidaya rumput laut.
Investasi
Dalam Indonesia Agriculture juga diungkapkan tentang ketertarikan dan minat para investor dari China untuk berinvestasi produksi udang di Indonesia, guna mencukupi kebutuhan udang di negaranya yang diperkirakan mencapai 1 juta ton pada 2011.
"Investor dari China mau datang untuk melihat-lihat pada 7 Oktober 2010," kata Dirjen Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Martani Huseini.
Menurut dia, para investor tersebut akan mencermati sejumlah lahan tambak yang terdapat di Lampung yang memang terkenal sebagai salah satu sentra perudangan di Tanah Air.
Namun, ia tidak menyebutkan berapa nilai investasi yang akan ditanam oleh investor dari negara Tirai Bambu tersebut.
Martani juga mengemukakan, pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah lahan tambak udang yang berpotensi untuk diinvestasikan.
Investasi yang dilakukan oleh China antara lain karena China pada 2011 membutuhkan pasokan udang sebanyak 1 juta ton.
Sementara itu, Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Made L Nurdjana mengatakan, pihaknya siap memfasilitasi mereka yang ingin berinvestasi. "Lahan kita sangat banyak yang bisa digunakan," kata Made.
Namun, ia mengingatkan agar kerja sama investasi yang dilakukan China di Indonesia juga harus bisa bermanfaat untuk rakyat di sekitar lahan yang diinvestasikan tersebut.
Ia juga memperkirakan, China pada 2011 juga akan menjadi negara net importir udang karena produksi mereka diperkirakan tidak akan bisa mencukupi pasokan kebutuhan dalam negeri.
Berdasarkan data KKP, produksi udang di Indonesia pada 2009 mencapai 348.100 ton, terdiri atas udang windu sebesar 103.450 ton dan udang vaname sebanyak 244.650 ton.
Proyeksi produksi udang pada 2014 adalah mencapai 699.000 ton pada 2014 atau memiliki tingkat kenaikan rata-rata sebesar 15 persen per tahun sejak 2010.
Berbagai hasil dan potensi untuk penanaman investasi itu sendiri sedikit banyak juga akan membantu Indonesia Aquaculture 2010 untuk mencapai visi bagi Indonesia yang bertekad untuk menjadi negara produsen perikanan terbesar di dunia pada 2015. (M040/K004)
Oleh Oleh Muhammad Razi Rahman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010