Athena (ANTARA News/AFP) - Defisit publik Yunani akan datang menjadi 7,0 persen dari produksi tahun depan, pemerintah mengatakan Senin, memukul target 7,6 persen yang ditetapkan oleh Uni Eropa-IMF dalam paket bailout mereka untuk Yunani pada Mei.
Peningkatan tersebut menyusul keuntungan yang dibuat tahun ini, pemerintah mengatakan, dengan defisit sebagai persentase dari Produk Domestik Bruto (PDB) datang pada 7,8 persen, di bawah target Uni Eropa-IMF sebesar 8,1 persen.
Pada 2009, defisit datang menjadi hampir 14 persen -- lebih dari empat kali 3,0 persen batas zona euro -- karena keuangan publik Yunani menjadi lebih tegang di bawah menggunungnya utang dan overspending.
Pada Mei, Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional menyerahkan paket penyelamatan 110-miliar euro (150-miliar dolar) untuk mencegah Yunani gagal (default) pada utang yang banyak dikhawatirkan akan memicu default serupa di negara-negara zona euro lain yang lebih lemah.
Pemerintah telah mengadopsi serangkaian langkah-langkah penghematan menyengat sebagai bagian dari paket Uni Eropa-IMF untuk membantu keseimbangan keuangan publik tetapi ini telah memukul pertumbuhan yang memukul, dengan rancangan anggaran memperkiraan perekonomian menyusut 2,6 persen tahun depan.
Pemerintah memperkirakan perekonomian berkontraksi 4,0 persen tahun ini.
Anggaran menempatkan inflasi untuk 2011 sebesar 2,2 persen, turun dari 4,6 persen tahun ini dan dibandingkan dengan target masing-masing sebesar minus 0,4 persen dan 1,9 persen.
Pengangguran tinggi akan terus meningkat, mencapai 14,5 persen pada 2011 dan 15 persen pada 2012 sebelum berkurang menjadi 14,6 persen pada 2013.
Pada 2008, tingkat pengangguran mecapai 11,8 persen.
Sebagai bagian dari langkah-langkah penghematan, pemerintah telah memotong gaji ektor publik, menaikkan usia pensiun minimum 60-65 tahun, dan meningkatkan pajak dalam upaya untuk mengurangi defisit.
Hal ini juga retak di tengah penghindaran pajak endemik dan sedang berusaha untuk meliberalisasi sebagian besar wilayah ekonomi dalam upaya untuk memodernisasi itu, tetapi sudah ada banyak protes yang meluas terhadap perubahan. (A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010