Johannesburg/Abuja (ANTARA News/Reuters) - Seorang pemimpin militan Nigeria yang ditangkap di Afrika Selatan setelah serangan-serangan bom mobil di Abuja, ibukota Nigeria, diajukan ke pengadilan pada Senin, namun ia telah menyatakan tidak bersalah, kata pengacaranya, Minggu.
Henry Okah, seorang tokoh senior Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND), ditangkap pada Sabtu, sehari setelah bom-bom mobil menewaskan 12 orang di dekat parade memperingati 50 tahun kemerdekaan Nigeria.
"Ia akan muncul di pengadilan Johannesburg besok (Senin) dimana ia mungkin akan dituntut. Mereka memiliki waktu 48 jam untuk menuntutnya," kata pengacara Okah, Piet du Plessis, kepada Reuters, Minggu.
"Surat perintah penangkapan menuduh bahwa ia melanggar Undang-undang Perlindungan Demokrasi Konstitusional terhadap Teroris dan Kegiatan Berkaitan... Ia membantah melakukan kesalahan di mana pun," kata du Plessis.
Sebuah pernyataan MEND yang dikirim melalui email kepada media memperingatkan bahwa daerah itu seharusnya dikosongkan satu jam sebelum bom-bom di Abuja meledak.
Dalam pernyataan kedua pada Sabtu, MEND mengatakan, mereka menyesalkan jatuhnya korban jiwa, namun mereka telah memberi tahu pihak keamanan mengenai serangan itu lima hari sebelumnya.
Para ahli keamanan menyatakan yakin bahwa Okah --yang menyetujui amnesti pemerintah tahun lalu setelah tuduhan penyelundupan senjata dan pengkhianatan terhadapnya dibatalkan -- dulu adalah otak MEND, meski ia membantah pernah menjadi pemimpin kelompok tersebut.
Pada Juni 2009, almarhum Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua melakukan salah satu upaya paling serius untuk mengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebih dari duapertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu rugi milyaran dolar, dengan menawarkan amnesti tanpa syarat kepada gerilyawan.
Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Niger dikabarkan telah menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunan tanpa syarat berdasarkan program presiden tersebut.
Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustus hingga 4 Oktober 2009, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik dan merehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger.
Sebagai bagian dari upaya amnesti itu, pemerintah pada 13 Juli 2009 membebaskan Henry Okah, seorang pemimpin MEND, setelah tuduhan terhadapnya dibatalkan.
Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND) menanggapi langkah itu dengan mengumumkan gencatan senjata 60 hari dalam "perang minyak" mereka.
MEND, kelompok paling lengkap persenjataannya diantara sejumlah kelompok pemberontak yang beroperasi di wilayah selatan penghasil minyak, mengklaim melancarkan sejumlah serangan sejak pemerintah Nigeria menawarkan amnesti pada Juni 2009.
Kelompok itu telah mendesak semua perusahaan minyak yang masih beroperasi di Delta Niger segera pergi, dengan mengancam melancarkan serangan-serangan baru.
MEND bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadap perusahaan-perusahaan minyak besar yang mencakup Shell, Chevron dan Agip.
Serangan-serangan itu sempat membuyarkan harapan bahwa tawaran amnesti akan menciptakan masa tenang.
Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar dari kekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.
Kerusuhan itu telah menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 juta barel per hari, dari 2,6 juta barel tiga setengah tahun lalu.
Militer Nigeria memulai ofensif terbesar dalam beberapa tahun ini pada pertengahan Mei 2009, dengan membom kamp-kamp militan di sekitar Warri di negara bagian Delta dari udara dan laut dan mengirim tiga batalyon pasukan untuk menumpas pemberontak yang diyakini telah melarikan diri ke daerah-daerah sekitar.
Militer menyatakan tidak bisa berpangku tangan lagi setelah serangan-serangan terhadap pasukan, pemboman pipa minyak dan pembajakan kapal minyak, yang semuanya membuat Nigeria gagal mencapai produksi penuhnya selama beberapa tahun ini.
Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.
Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun 2008, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010